Jakarta, Gatra.com - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Ka-BRIN), Bambang Brodjonegoro berharap pada penetapan proposal tahap Kedua Konsorsium Riset dan Inovasi untuk percepatan penanganan Covid-19, dapat melengkapi apa yang belum dikerjakan atau diselesaikan pada tahap pertama.
Jika melihat refleksi proposal tahap pertama Konsorsium Riset dan Inovasi untuk percepatan penanganan Covid-19, terbukti tahapan riset dan inovasi tersebut berhasil dengan menghasilkan 61 produk yang telah mampu diproduksi dan dihilirisasi untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Bambang mendorong, tahapan kedua bisa setidaknya mampu bahkan kalau bisa melebihi capaian di tahapan pertama.
"Tahap pertama itu kita sudah bisa menghasilkan, yang outputnya pada prototipe bahkan sampai tahap industri. Itu dicapai hanya dalam waktu yang relatif singkat, dua sampai tiga bulan saja. Produk tersebut sebagian sudah di hilirisasi dan sudah mendapatkan mitra industri, sehingga bisa diproduksi dalam jumlah besar," kata Bambang saat telekonferensi pers, di Jakarta, Jumat (10/7).
Selain itu, pelajaran yang penting yang diambil dari penyelenggraan tahap pertama, lanjut Bambang, adalah tahapan kedua tersebut untuk mampu makin memperpendek atau bahkan bisa menutup gap yang selama ini terjadi antara sisi penelitian dengan sektor market atau industri.
Menurutnya, alasan sulitnya komersialisasi menghambat invensi diharapkan tidak kembali muncul.
"Bukan cerita lagi yang namanya ada gap yang menghambat komersialisasi dari invensi tersebut. Tentunya kedua sisi harus mulai kerja sama, dalam konsorsium ini, kedua pihak ini akan dalam tanda kutip, dipaksa kerja sama dengan urgensi situasi dan waktu yang sangat singkat ini, sehingga ada saling timbul kesepahaman. Ketika komunikasi itu terbangun, disitulah triple helix bisa dilakukan dan itu yang jadi kunci negara bisa membangun ekonomi berbasis inovasi," kata Bambang.
Bambang juga berharap proposal dari rest inovasi yang diajukan tetap mengandung kolaborasi atau sinergi lintas bidang keilmuan, lintas bidang instansi. Karena sinergi tersebut yang menjadi kunci tahapan pertama yang dapat mengasilkan berbagai inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
"Ini saya harapkan bisa lintas bidang, jadi tidak kedokteran aja, bisa kombinasi kedokteran, teknik, MIPA, atau bahkan kesehatan masyarakat. Nah, kami juga ingin lihat lahirnya kolaborasi antar universitas, bahkan kalau bisa universitas dengan lembaga," ujarnya.