Solo, Gatra.com – Masjid dan Islamic Center hadiah dari pangeran Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed bin Zayed Nahyan untuk Presiden Joko Widodo sudah di depan mata siap dibangun. Nantinya masjid dan Islamic center ini akan menyerupai desain Grand Mosque yang ada di Abu Dhabi, UEA.
Perwakilan Duta Besar Indonesia untuk UEA Setyo Wisnu Broto mengatakan pembangunan diperkirakan akan dilakukan pada Desember mendatang. Sebenarnya rencana semula untuk Ground Breaking dilakukan bulan Agustus. Namun karena terkendala wabah Covid-19, maka pembangunan diundur.
”Kan masih masa pandemi, lagi pula penerbangan internasional masih belum dibuka,” ucap Setyo saat pengukuran arah kiblat, di kampung Gilingan, Kecamatn Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, Kamis (9/7).
Pembangunan masjid dan Islamic center ini akan dilakukan di lahan bekas depo PT Pertamina yang berstatus Hak Guna Usaha (HGU). Kemudian tanah ini dikembalikan menjadi tanah negara dan diwakafkan untuk masjid ini. Untuk wakaf ditangani oleh Kementerian Agama.
”Sekarang lahannya ini sudah clean and clear. Totalnya sekitar 3 hektare,” ucap Setyo.
Untuk desain bangunan, akan dibuat menyerupai Grand Mosque yang ada di Abu Dhabi. Bahkan untuk desainnya ini sudah mendapat izin secara resmi. Sehingga hanya masjid ini yang akan secara legal meniru desain dari Grand Mosque.
”Memang keinginannya pangeran seperti itu. Jadi nanti secara resmi akan meniru desain dari Grand Mosque,” ucapnya.
Pembangunan diperkirakan memakan waktu hingga dua tahun. Saat ini sudah memasuki tahapan beeding atau tahapan lelang. Untuk pembangunan fisiknya diperkirakan memakan waktu hingga 1,5 tahun, sisanya untuk menyelesaikan finishing.
Terkait anggaran yang diperlukan untuk pembangunan masjid ini, semua ditanggung oleh pemerintah UEA. Untuk anggarannya, mengikuti kebutuhan yang ada di Indonesia. Sebab jika merujuk pada anggaran dari Grand Mosque yang ada di Abu Dhabi, jumlahnya tidak sepadan.
”Meski dibangun terlebih dahulu anggaran di UEA lebih besar 10 kali lipat. Jadi nanti anggarannya mengikuti yang ada di Indonesia,” ucapnya.
Dalam pembangunan ini juga telah melibatkan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiuah. ”Salah satunya untuk menentukan kiblat ini, supaya tidak terjadi kesimpang siuran. Dari pada nanti sudah dibangun tapi salah,” ucapnya.
Salah satu tim yang dilibatkan dalam pengukuran kiblat, AR Sugeng Riyadi mengatakan untuk pengukurannya melibatkan Tim Falakiyah Kemenag RI, Urais Kemenag Surakarta. Untuk pembangunannya menggunakan lahan dengan koordinat lokasi 7.554° lintang selatan, 110.827° bujur timur. Azimuth Qiblat 294.55°.
”Alat ukurnya kami menggunakan Theodolite, Qiblat Tracker, Istiwaáni dan kompas,”ucapnya.
Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Solo Mustain Ahmad menambahkan, sertifikat akan diterbitkan pada pertengahan bulan Juli. ”Kami sudah koordinasi dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) terkait penerbitan sertifikatnya,” ucapnya.