Home Politik Politik Dinasti, Bisa Bikin Partisipasi Pemilih Turun

Politik Dinasti, Bisa Bikin Partisipasi Pemilih Turun

Pekanbaru, Gatra.com - Pengamat politik Ray Rangkuti menyebut seretnya partisipasi pemilih pada pilkada 2020, bukan saja disebabkan oleh pandemi COVID-19. Menurutnya pemilih enggan menyalurkan hak pilihnya, lantaran latar belakang calon kepala daerah (cakada) yang maju pada pilkada 9 Desember. 

"Bukan semata-mata karena pandemi COVID-19, tapi juga karena figur cakada yang maju itu masih dari basis yang sama (dinasti)," sebut Rai kepada Gatra.com melalui sambungan telepon, Rabu (8/7). 

Politik dinasti, jelas Rai, bisa menyebabkan gelaran pilkada menjadi monoton. Pasalnya, publik sudah mengetahui secara umum rekam jejak sang calon, serta efek kekuasaan bagi mereka.

Oleh sebab itu dia berharap sosok yang maju dalam pilkada, merupakan figur yang terbilang baru dan punya visi yang segar. Sehingga publik akan memiliki sosok alternatif. 

"Kalau masih berkaitan dengan dinasti kekuasaan, bisa jadi orang enggan datang ke tempat pemungutan suara (TPS)," ujarnya. 

Ray menambahkan efek dari pilkada yang dimenangkan oleh kalangan dinasti politik, juga akan terlihat pada pemilu 2024. Lantaran besarnya peluang menang kalangan tersebut pada pemilu legislatif DPR RI. 

"Saat ini saja mungkin 1/3 anggota DPR RI berlatar dinasti. Ini tentu menutup peluang kandidat yang bisa saja punya kapabilitas, tapi terhalang maju lantaran corak kekuasaan politik dinasti didaerah," ujarnya.

Di Riau sendiri dari 9 gelaran pilkada yang bakal digelar, sebanyak 4 pilkada berpeluang direcoki politik dinasti. Keempat pilkada itu meliputi: pilkada Kabupaten Kuansing, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Bengkalis dan Kota Dumai.

112