Temanggung, Gatra.com - Meski gempa bumi 6,1 magnitudo yang berpusat di Jepara Jawa Tengah dan terasa hingga di sebagian besar Pulau Jawa, hingga Bali dan Sumatera disebut merupakan hal biasa. Namun, kekuatan gempa itu terasa jauh dari pusatnya, karena hiposenter gempa laut Jawa ini sangat dalam.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, meski di wilayah Pantura jarang terjadi gempa dengan kekuatan besar namun itu merupakan hal biasa dalam rekahan tektonik. Gempa di Laut Jawa itu juga tidak berpotensi menyebabkan tsunami.
"Dari istilah tektonik itu adalah wajar, normal ini kan lempeng Samudra Hindia itu menukik, menusuk, masuk, menunjam, di bawah kerak benua. Yaitu, khususnya di Jawa Tengah, ada tunjaman masuk dan masuknya lempeng Samudra Hindia ini terus menembus sampai di bawah Pulau Jawa. Ibaratnya seperti penggaris kalau melengkung terus lama-lama patah," katanya ditemui dalam kunjungannya di Temanggung, Selasa (7/7).
Dwikorita menyebut dari patahan itu menimbulkan robekan yang mengakibatkan gempa tepat di bawah laut Jawa, di sekitar Laut Jepara. Sedangkan dari segi keilmuan, gempa tersebut sebagai hal normal dan biasa terjadi di lempeng-lempeng bumi sebagai proses alamiah.
"Jadi sekali lagi sebenarnya itu fenomena alamiah normal, ada tunjaman, ada lekukan, ada bagian yang patah atau robek tapi kali ini jauh di dalam bumi. Kedalamannya sekitar 570-an kilometer itu dalamnya separuh lebih dari Pulau Jawa, gempanya sangat dalam. Biasanya kalau gempanya sangat dalam tidak ada kerusakannya, tetapi dampak guncangannya terjadi merata di hampir seluruh Pulau Jawa, tapi kerusakannya tidak signifikan,"katanya.
Mantan Rektor Universitas Gajah Mada ini menerangkan bahwa justru yang bahaya jika gempanya dangkal dan hanya dirasakan lokal, namun dampak rambatan dari guncangan itu sangat tinggi intensitasnya. Hal ini bisa menimbulkan kerusakan baik alam maupun bangunan.
"Zona itu (Laut Jepara) tidak berpotensi tsunami, tapi kalau misalnya kalau Laut Jawa bagian utara seperi Bali sampai Nusa Tenggara Timur ada potensi tsunami. Namun potensi gempa itu masih ada, selama bumi ini bergerak pasti ada. Maka masyarakat harus bersiap-siap seperti membangun rumah yang benar-benar aman, tahan gempa, materialnya tidak terlalu berat, terutama infrastruktur umum bagi masyarakat," katanya.