Home Politik Pakar Politik: Whisnu-Eri Bukan Pasangan yang Cocok

Pakar Politik: Whisnu-Eri Bukan Pasangan yang Cocok

Surabaya, Gatra.com - Pasangan bakal calon wakil dan wali kota Surabaya di kalangan sesama pejabat pemerintahan, tidak selamanya cocok. Setidaknya, itulah penilaian Pakar Politik Lembaga Transformasi (Eltram) Mubarok Muharam.

Mubarok mengambil contoh pasangan Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Eri Cahyadi. Mubarok menilai Whisnu sudah menunjukkan gelagat "perang dingin" terhadap Eri.

"Walaupun konflik tidak muncul di permukaan, tapi kan semua pihak tahu kalau ada konflik 'perang dingin'. Kondisi perang dingin tidak bisa dipersatukan dalam waktu sekejap," kata Mubarok diwawancara wartawan usai acara diskusi di Surabaya, Minggu (5/7).

Karenanya, Mubarok memprediksi bahwa menang atau kalah, pasangan Whisnu dan Eri tidak akan meneruskan apapun yang telah dikerjakan Risma secara maksimal. Dia memandang bahwa Eri tidak akan mampu membawa pesan Risma usai wali kota perempuan pertama di Surabaya itu lengser.

Akibatnya, kinerja Whisnu dan Eri apabila terpilih sebagai pemimpin tertinggi Surabaya, tidak akan menguntungkan bagi warga kota Pahlawan. Apalagi Eri yang posisinya sebagai bakal calon wakil wali kota, tidak akan dapat mengambil kebijakan jika terpilih nanti.

"Eri kan wakilnya dan tidak bisa mengambil policy kebijakan. Semua kebijakan dari Whisnu. Sebenarnya mereka berpasangan ini karena kompromi bukan sehati," kata Mubarok.

Mubarok menjelaskan, ada sejumlah faktor yang dapat dijadikan indikasi adanya gelagat ketidakharmonisan tersebut. Pertama, Mubarok menyebut DPP PDI Perjuangan sama sekali tidak merekomendasikan Eri sebagai calon Wali Kota.

Bahkan, prestasi Risma sebagai Wali Kota Surabaya selama ini yang seharusnya dapat mendongkrak nama Eri, juga sama sekali tidak diperhitungkan oleh DPP. Padahal, lanjut Mubarok, Eri sudah lama diketahui sebagai 'anak emas' Risma. "Ini dibuktikan dengan tidak turunnya rekom anak emas Tri Rismaharini sebagai Cawali Surabaya.

Sedangkan Armuji yang sebelumnya gembar-gembor maju sebagai bakal calon wali kota berpasangan dengan cawali Eri Cahyadi, malah mengundurkan diri," jelasnya.

Kedua, Mubarok menyebut bahwa gelagat "perang dingin" tersebut sebenarnya memang sudah terjadi sejak lama. Selama Risma berkiprah di Surabaya, jarang ada panggung yang menampilkan kinerja Whisnu sebagai wakil wali kota dihadapan publik.

Karena sudah berlangsung lama, sentimen tersebut berlanjut hingga ke panggung Pilwali di Surabaya. Dampaknya, Mubarok menilai bahwa pasangan Whisnu dan Eri tidak akan sekuat pasangan bakal calon wakil dan wali kota Surabaya yang lainnya. "Pasangan ini akan lemah, karena pada dasarnya kubu Risma dan Whisnu tidak ketemu. Selain itu, Whisnu dan Eri hanya akan membawa kepentingan sesaat," katanya.

119