Home Ekonomi Untung Peternak Kambing Saanen di Tengah Pandemi Covid-19

Untung Peternak Kambing Saanen di Tengah Pandemi Covid-19

Cilacap, Gatra.com – Berbeda dari sektor ekonomi lain yang sangat terdampak Covid-19, peternak kambing Saanen di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah nyaris tak terpengaruh. Bahkan, omzet penjualan produk peternakan justru meningkat.

Seorang Peternak asal Desa Bangbulang, Kecamatan Karangpucung, Dedi Haryanto mengakui penjualan bibit kambing mengalami penurunan. Namun, penjualan bibitan atau anakan kambing Sanen itu tak lantas dianggap sebagai kerugian. Pasalnya, peternakannya fokus kepada dua produk, yakni breeding dan susu segar.

“Tidak dijual juga tidak apa-apa. Karena kalau anakan tidak dijual cepat dan terus dipelahara dengan baik, harganya juga akan lebih tinggi,” katanya.

Dedi adalah salah satu mitra Peternakan Akar Rumput. Secara total, populasi kambing berjumlah lebih dari 1.500 ekor. Kambing tersebut dipelihara oleh 11 kelompok mitra di Karangpucung dan sekitarnya.

Di sisi lain, pada masa pandemi Covid-19 ini penjualan produk susu perah segar justru meningkat. Sebab, banyak warga yang mencari susu kambing segar yang diyakini meningkatkan imunitas tubuh. Sebab itu, pelanggan semakin bertambah.

Dia pun menjelaskan, permintaan tinggi dari pelanggan itu tak lepas dari terjaganya kepercayaan konsumen perihal kemurnian susu kambing. Dia mengklaim, susu yang dikirimkan kepada konsumen adalah susu murni yang baru diperas di hari yang sama.

Dalam sehari, Peternakan Akar Rumput menghasilkan kisaran 60 liter susu. Tiap liter dijual dengan harga Rp30 ribu. Namun, ada pula susu yang dijual dengan kemasan 200 mililiter, atau 450 dan 500 liter.

“Kalau yang 200 liter itu dijual Rp7.000 per botol,” ujarnya.

Penyuluh Pertanian, Harun menjelaskan, kambing Saanen dikenal sebagai penghasil susu segar dengan julah produksi yang diyakini lebih tinggi dibanding kambing penghasil susu lainnya, misalnya Peranakan Etawa (PE). Selain menjual susu segar, peternak juga menjual anakan kepada peternak lainnya.

1724