Jakarta, Gatra.com - Menteri Koperasi (Mekop) dan UKM, Teten Masduki, mengatakan, pihaknya terus berupaya memperkuat warung tradisional agar tidak kalah bersaing dengan peritel modern. Caranya, melalui program Belanja di Warung Tetangga.
"Program ini untuk memberdayakan warung-warung milik masyarakat seperti ini untuk mendapatkan akses barang dagangannya yang bisa kompetitif dengan ritel modern," kata Teten saat mengunjungi warung Kuning milik Dwi Sayekti di Keluruhan Baru, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur (Jaktim), Kamis petang (2/6).
Orang nomor satu di Kemenkop dan UKM ini mengungkapkan, selama ini, warung tradisional kalah bersaing dengan jaringan ritel modern. Akibatnya, banyak warung tradisioal tutup.
"Mereka kalah bersaing, banyak warung yang tutup karena mereka tidak mempunyai akses barang dagangan yang murah dengan ritel modern," ujarnya.
Warung Kuning milik Dwi, itu merupakan salah satu percontohan (pilot project) dalam program Belanja di Warung Tetangga. Untuk menjalankan program ini, Kemenkop dan UKM menggandeng sejumlah BUMN, salah satunya PT Bhanda Graha Reksa (BGR) (Persero) yang bergerak di bidang logistik.
"Kita kerja sama dengan BUMN pangan, BGR, BUMN logistik yang juga mengembangkan aplikasi, dengan mudah mereka bisa pesan barang dagangannya. Dari BGR juga bisa bantu invetory-nya, bisa ketahuan barang yang kurang apa," ujarnya.
Biasanya, lanjut Teten, kalau warung tradisioal tidak ada inventarisir barang dagangan. Barang habis baru ketahuan jika sudah dibeli oleh pembeli. Namun, melalui aplikasi Warung Pangan, maka pemilik warung bisa mengetahui stok daganganya.
"Kalau dengan ini, dari sistem akan ngasih tahu. Tapi ini baru berapa item, beras, gula, minyak, mi. Harpannya nanti banyak itemnya, kita uji coba," katanya.
Teten mengunjungi warung tersebut untuk memantau perkembangan program Belanja di Warung Tetangga. Untuk bulan Juli ini, ditargetkan bisa merangkul 1.000 warung agar mereka bisa bersaing.
"Kita tahu warung tradisional ini ada 3,5 juta. Jadi nanti kalau kita semua hubungkan, warung-warung ini tetap bertahan. Nanti dari digital record-nya mereka bisa dilihat, dari segi usaha juga bisa menguntungkan, sehingga bisa mencari referensi pembiayaan," ujarya.
Semetara itu, Dwi mengatkaan, sangat terbantu dengan adanya program ini, termasuk adanya suplier dan jasa logistik yang mengantarkan barang pesannya ke warung. Untuk membeli barang dangangan sangat mudah, cukup melalui aplikasi Warung Pangan.
"Pesannya mudah, misalnya mau nyari apa yang kita butuhkan. Misalnya beras, kita tinggal klik beras, Misalnya 5 kg, ketik pesan sekarang. Tinggal pesan," ungkapnya sambil menunjukkan orderannya di aplikasi kepada Teten.
"Saat ini, di Warung Pangan ada aplikasinya. Satu aplikasi bisa pesan secara online," ujarnya menambahkan. Sedangkan untuk pelanggan di warungnya, Dwi mengatakan, pemesanan barang atau belajaan bisa melalui WhatsApp (WA) dan juga aplikasi.
"Kalau pakai aplikasi, itu mereka tinggal pilih beli apa, bisa ambil sendiri atau saya antar. Antarnya free. Saya berharap di aplikasi warung pangan ini itemnya ditambah. Satu aplikasi bisa untuk memenuhi warung saya," katanya.
Dalam kesempatan itu, Dwi juga sempat menyampaikan soal permodalan untuk mengembangkan warungnya. Ia berharap ada kredit yang bunganya tidak terlalu tinggi. Teten pun menyampaikan program yang ada di kemeteriannya maupun bekerja sama dengan pihak terkait.
"[Belanja di Warung Tetangga] ini bukan saat pandemi saja. Ke depan, kita akan memperkuat warung tradisional, selama pandemi ini efektif belanja melalui online," kata Teten.
Sedangkan untuk omset selama pandemi Covid-19, Dwi mengatakan, ada peningkatan untuk penjualan sembako karena banyaknya orderan untuk paket bantuan pangan.
"Kalau sembako itu malah ada peningkatan, karena kalau untuk sembako itu saya kemarin banyak pesanan. Jadi ada tetangga atau teman minta dibuatkan paket. Order untuk paket bantuan sekian. Penjualan seperti untuk jajanan dan sebagainya turun, karena tidak ada yang nongkrong, tidak ada yang makan mi di tempat," ungkapnya.
Untuk kenaikan penjualan bahan pokok selama masa pandemi ini, lanjut Dwi, sekitar 80%. Sedangkan untuk penjualan di luar itu, terjadi penurunan cukup signifikan, yakni lebih dari 50%.
Ia mengungkapkan, modal menjadi kendala untuk memperbesar usahanya. "Ya pengen kebangkan usaha, siapa yang tidak ingin usahanya berkembang. Tapi kalau ada bantuan, bunganya jangan terlalu besar," katanya.
Selain hambatan modal, daya beli masyarakat sekarang juga menjadi persoalan. Saat ini, daya beli masyarakat sedang turun, khususnya karena terdampak pandemi Covid-19 yang memukul hampir semua sektor.
"Saat ini, penurunannya cukup lumayan. Kemudian, bisanya dalam sehari Rp1-2 juta dapat duit, untuk sekarang ini tidak, karena kan kebanyakan masyarakat sekarang dapat bantuan. Jadi kebanyakan setiap rumah dapat bansos. Jadi yang biasanya beli beras, telor, minyak, sekarang udah dapat itu," ujarnya.