Sukoharjo, Gatra.com - Ananda Rendi,(14), hanya terbaring di tempat tidurnya saat Kapolres Sukoharjo AKBP Bambang Yugo Pamungkas didampingi Kasatlantas Polres Sukoharjo AKP Marwanto berkunjung ke rumahnya di Dusun Punthuk Rejo RT 02 RW 01, Desa Jangglengan, Kecamatan Nguter, Sukoharjo, Minggu (28/6).
Diketahui bocah empat belas tahun tersebut didiagnosa mengidap cerebral palsy atau kerusakan saraf otak. Sehingga kesehariannya hanya bisa berbaring di atas kasurnya dan tidak bisa melakukan aktivitas seperti anak pada umumnya.
Meski hanya bisa berbaring di tempat tidur, namun saat melihat kedatangan Kapolres, Rendi nampak senang. Wajah tersenyum bahagia saat Kapolres Sukoharjo mengajaknya berkomunikasi.
Dalam kesempatan itu juga, Polres Sukoharjo juga memberikan bantuan kepada keluarga Rendi berupa sembako.
"Kami hari ini melaksanakan patroli Polda Jawa Tengah Hadir, kami melaksanakan patroli rutin untuk meningkatkan dan mensosialisasikan Kamtibmas, kebetulan ini tadi di Nguter dan kami singgah di rumah Ananda Rendi untuk memberikan bantuan semoga meringankan beban dari orang tuanya," ucap Kapolres Sukoharjo AKBP Bambang Yoga Pamungkas saat memimpin patroli, Minggu (28/6).
Sementara itu Ibu Rendi, Sumarti (55) mengatakan, anak bungsunya ini mengalami kelumpuhan saraf otak sejak berusia 5 bulan. Di usia tersebut, tiba-tiba mengalami panas tinggi dan kejang-kejang.
"Di usia lima bulan kejang-kejang panas tinggi 37,5 derajat, habis itu saya bawa ke puskesmas, karena ada indikasi kejang lalu dirujuk di Moewardi Solo," katanya.
Di RSUD Moewardi tersebut, Rendi ditangani oleh dokter spesialis anak, dan sempat dirawat beberapa hari. Namun, diagnosa dari dokter membuat hati Sumarti sebagai seorang ibu hancur seketika karena anaknya didagnosa penyakit kelumpuhan saraf otak.
"Anak saya didiagnosa kena cerebral palsy atau kerusakan saraf otak, jadi lumpuh total," ujarnya.
Menginjak usia satu tahun, Sumarti dan suaminya Muhadi (55) berinisiatif untuk memeriksa penglihatan, pendengaran, jantung, dan paru-paru. Dari hasil pemeriksaan itu dokter menyatakan normal.
Mengingat penghasilan keluarga yang pas-pasan, membuat Rendi tidak bisa mendapatkan pertolongan medis lebih jauh. Pasalnya Ayah Rendi hanya bekerja sebagai tukang bangunan, sementara ibunya bekerja sebagai pembuat snack. Sehingga ia hanya menjalani terapi di Sanggar Inklusi Tunas Bangsa Nguter agar tidak sering mengalami kejang-kejang.
"Untuk pengobatan tidak ada, biasanya diterapi kejangnya di Sanggar Inklusi Tunas Bangsa Nguter, kalau untuk obat kita beli di rumah Sakit," imbuhnya.
Sumarti menjelaskan, Sanggar Inklusi itu telah bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo. Sehingga Rendi, bisa mendapatkan terapi fisik di Sanggar tersebut.
"Sebenarnya usia Rendi tidak bisa masuk kesana, tapi karena dia sakit, diizinkan. Untuk terapinya sendiri itu terapi wicara dan fisik, dan untuk mengatasi kejangnya," bebernya.
Namun karena ada pandemi virus corona ini, Sanggar Inklusi Tunas Bangsa Nguter diliburkan sementara.
"Ya karena sanggar libur, jadi aktivitasnya hanya di rumah saja, saya ingin anak saya bisa hidup mandiri, karena saya nantinya tidak bisa merawatnya terus-menerus," harapnya.