Brebes, Gatra.com - Anggaran bencana alam di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Brebes, Jawa Tengah tak terpengaruh penanganan pandemi Covid-19. Anggaran sebesar Rp3 miliar disiapkan untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam hingga akhir tahun.
Kepala BPBD Kabupaten Brebes Nushy Mansur mengatakan, anggaran kebencanaan yang dialokasikan untuk belanja tidak terduga jumlahnya Rp5 miliar.
"Itu siap diakses ketika ada darurat. Kalau untuk belanja rutin Rp4 miliar, di antaranya beli alat, honor relawan dan lain-lain," kata Nushy, Rabu (24/6).
Menurut Nushy, dari anggaran sebesar Rp4 miliar tersebut, sudah berkurang Rp1 miliar untuk penanganan bencana alam sejak awal tahun. Sehingga dia memastikan anggaran yang tersisa bisa dialokasikan untuk mengantisipasi kekeringan selama musim kemarau.
"Sampai akhir tahun kami masih ada sekitar Rp3 miliar sampai akhir tahun. Nanti kalau ada kekeringan aman. Nanti kita ditambahi juga, hasil dana refocusing. Nah itu buat kita pakai menangani Covid-19, seperti penyemprotan, honor pekerja yang menemprot," ucapnya.
Menurut Nushy, pihaknya juga melakukan efisiensi pengeluaran anggaran pada tahun ini agar anggaran bisa dialihkan untuk penanganan Covid-19. Di antaranya dengan mengurangi anggaran untuk penyelenggaraan acara temu relawan, pertemuan dan pelatihan. "Pengurangan itu paling kecil 30 persen. Kalau yang lain-lain aman," ucapnya.
Nushy sebelumnya mengukapkan, pihaknya mulai mewaspadai ancaman kekeringan di musim kemarau. Dari pemetaaan BPBD, ada delapan kecamatan rawan kekeringan pada musim kemarau tahun ini yakni Kecamatan Brebes, Banjarharjo, Ketanggungan, Kersana, Losari, Tanjung, Jatibarang dan Songgom.
"Prediksi musim kemarau dari BMKG Juni akhir, tapi saya lihat beberapa lokasi yang biasanya kekeringan masih kondusif seperti Losari. Kecuali kalau persawahan memang sudah ada banyak yang pakai pompa, kaya Kecamatan Brebes, Losari dan Kersana," ujarnya.
Mengantisipasi hal itu, Nushy mengatakan, pihaknya menyiapkan droping bantuan air bersih mengunakan mobil tangki ke wilayah-wilayah yang dilanda kekeringan. Bantuan air bersih itu akan didroping ke water torent atau penampung air dengan kapasitas 3.000 liter yang sudah disediakan di desa-desa yang rawan kekeringan.
"Jadi nanti masyarakat tidak perlu antre di mobil tangki. Kita tinggal drop airnya di water torent. Masyarakat tinggal ambil dari keran-keran di itu. Dengan water torent nanti penaganan lebih cepat, orang yang ditangani juga bisa lebih banyak,"ujarnya.