Jakarta, Gatra.com - Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI Andika Prakarsa mengatakan, pihaknya menunggu kronologis dari Mabes TNI terkait peristiwa gugurnya prajurit TNI, Sersan Mayor (Serma) Rama Wahyudi saat bertugas dalam misi perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo, Senin lalu (22/6).
Andika mengatakan, prajurit itu berasal dari TNI AD, namun penugasannya memang ditangani oleh Mabes TNI. Karena itu, ia meminta kronologis peristiwa itu sehingga bisa dilakukan evaluasi.
"Kami ingin mendapat kronologi yang sebenarnya sehingga kami bisa evaluasi apa yang sebenarnya yang terjadi. Walaupun kami hanya menyiapkan personel, tapi penugasan semuanya dari Mabes TNI, kami bisa menyiapkan mereka (untuk) lebih siap dihadapkan pada insiden yang terjadi terakhir ini," kata Andika dalam acara coffee morning di Mabes TNI AD, Jakarta Pusat, Rabu (24/6).
Andika mengatakan, untuk kali pertama prajuritnya gugur di Kongo. Namun, sebelumnya memang ada prajurit yang berguguran juga di daerah konflik lainnya.
Sejauh ini, ia mengonfirmasi ada dua tentara Indonesia yang menjadi korban, dengan rincian satu meninggal dunia dan satu luka-luka bernama Prt M Syafii Makbul.
"Satu yang meninggal, satu itu luka. Yang mudah-mudahan masih ada harapan untuk pulih," harapnya.
Sebelumnya, tentara Indonesia yang bertugas untuk misi perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo gugur dalam sebuah serangan pada Senin (22/6) waktu setempat. Peristiwa itu sempat dilaporkan oleh AFP, Selasa (23/6).
AFP menyebut, rombongan patroli Serma Rama diserang sekitar 20 kilometer dari kota Beni di Provinsi Kivu Utara. Tragedi itu dikonfirmasi oleh seorang petugas komunikasi pada pasukan penjaga perdamaian MONUSCO, PBB.
"Pasukan penjaga perdamaian meninggal dan yang lain terluka tetapi tidak serius. Dia dalam kondisi stabil," kata Sy Koumbo.
Kepala Monusco sekaligus Perwakilan Khusus PBB, Leila Zerrougui mengutuk serangan ini. Ia menduga pelakunya adalah Pasukan Aliansi Demokratik (ADF).