Home Internasional AS Kirim Tiga Kapal Induk, Laut Cina Selatan 'Mendidih'

AS Kirim Tiga Kapal Induk, Laut Cina Selatan 'Mendidih'

Beijing,Gatra.com - Militer AS mengerahkan kekuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke wilayah Asia-Pasifik. Ini meningkatkan risiko insiden dengan angkatan laut Cina, kata seorang pejabat senior Cina, Selasa. Demikian AFP, 23/06.

Ketegangan antara kedua negara adikuasa melonjak di berbagai bidang sejak Presiden Donald Trump menjabat pada 2017, dengan kedua negara menggunakan otot diplomatik dan militer mereka.

Operasi navigasi reguler Amerika Serikat di Laut Cina Selatan - tempat Cina dan negara-negara tetangga saling bersaing - membuat marah Beijing, dan angkatan laut Cina biasanya memperingatkan kapal-kapal AS.

Pada bagian lain, Beijing telah membuat marah negara-negara lain dengan membangun pulau-pulau buatan dengan instalasi militer di beberapa bagian laut. "Pengerahan militer AS di kawasan Asia-Pasifik belum pernah terjadi sebelumnya," kata Wu Shicun, presiden Institut Nasional Studi Laut Cina Selatan, sebuah lembaga riset pemerintah. "Kemungkinan insiden militer atau tembakan tak sengaja meletus meningkat," kata Wu.

"Jika krisis meletus, dampak pada hubungan bilateral akan menjadi bencana besar," tambahnya. Wu berbicara pada presentasi sebuah laporan oleh lembaganya tentang kehadiran militer AS di wilayah tersebut.

Laporan itu mengatakan AS telah mengerahkan 375.000 tentara dan 60 persen dari kapal perangnya di kawasan Indo-Pasifik. Tiga kapal induk AS telah dikirim ke wilayah tersebut.

Selama delapan tahun masa jabatan mantan presiden Barack Obama, angkatan laut AS hanya melakukan empat operasi navigasi,  sementara ada 22 ketika di bawah Trump, kata Wu. Kedua militer "harus meningkatkan komunikasi" untuk "mencegah kesalahpahaman strategis dan salah perhitungan", menurut laporan itu.

Pertemuan militer tingkat tinggi harus dilanjutkan, saluran telepon langsung harus dibuka dan manuver angkatan laut bersama harus dilakukan, katanya. Laporan itu mengatakan China tidak menganggap Amerika Serikat sebagai saingan potensial atau "membayangkan perang dingin atau panas baru dengan AS".

Dokumen itu memperingatkan bahwa "memburuknya hubungan militer akan secara substansial meningkatkan kemungkinan insiden berbahaya, konflik atau bahkan krisis."

448