New Delhi, Gatra.com - Cina dan India akhirnya sepakat untuk mengurangi ketegangan selama sepekan terakhir pasca bentrokan di perbatasan Himalaya, yang menjadi sengketa sehingga menyebabkan 20 tentara India tewas dalam pertempuran.
Dikutip AFP, Selasa (23/6), aksi bertempur sejak 15 Juni lalu itu dilaporkan dengan menggunakan tinju, pentungan dan batu, menyebabkan ada diantara mereka tewas di perbatasan sejak 1975 dan menandai kemunduran besar dalam hubungan antara kedua raksasa Asia itu.
Juru bicara kementerian luar negeri Cina Zhao Lijian mengatakan bahwa setelah pembicaraan antara para komandan militer regional pada hari Senin, kedua belah pihak sepakat untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mendinginkan sutuasi.
Pers Trust of India mengatakan pertemuan berlangsung antara Letnan Jenderal Harinder Singh, komandan 14 Korps, dan Mayor Jenderal Liu Lin, komandan Distrik Militer Tibet.
"Pertemuan ini menunjukkan bahwa kedua belah pihak ingin meredakan perselisihan diantara mereka, mengurangi ketegangan situasi melalui dialog dan konsultasi," kata Zhao pada konferensi pers reguler.
“Kedua belah pihak juga bertukar pandangan secara jujur dan sepakat untuk mempertahankan dialog secara bersama-sama, berkomitmen untuk perdamaian dan ketenangan di daerah perbatasan," tambah Zhao.
Belum ada tanggapan secara resmi dari New Delhi namun sumber militer India mengatakan bahwa pertemuan berlangsung hampir 11 jam, dan disepakati secara bersama untuk melepaskan diri ketegangan.
Dia menambahkan bahwa cara-cara untuk mengurangi gesekan di wilayah Ladakh di seberang Tibet juga telah dibahas dan akan dimajukan oleh kedua belah pihak.
Kekerasan berlangsung sejak 15 Juni di lokasi sekitar 4.500 meter (15.000 kaki) di atas permukaan laut di lembah Galwan, di mana kedua belah pihak saling menuduh melanggar batas wilayah masing-masing.
Cina mengatakan mereka menderita jatuhnya korban meski belum memberikan secara rincian. Sedangkan media India melaporkan ada lebih dari 40 korban di pihak Tiongkok.
Pertemuan antara komandan militer dilakukan menjelang pembicaraan virtual antara menteri luar negeri India, Cina dan Rusia Selasa malam. Pertemuan tersebut seolah-olah membahas masalah virus corona.