Pekanbaru,Gatra.com - Pengamat politik dari Universitas Riau, Tito Handoko, menyebut hanya 2 dari 9 pilkada di Riau yang bakal berlangsung seru. Adapun 2 Pilkada itu yaitu di Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Kuansing.
Menurutnya Pilkada Kabupaten Bengkalis menjadi menarik lantaran kekosongan sosok petahana dalam pertarungan. Sedangkan keseruan Pilkada Kabupaten Kuansing disebabkan oleh peluang petarungan antar petahana.
"Sosok petahana itu kan sangat diperhitungkan dalam setiap Pilkada. Terlebih Pilkada ditengah pandemi COVID-19, dimana peluang menang petahana itu sangat tinggi,lantaran terbatasnya ruang gerak para penantang untuk melakukan sosialisasi. Sosok semacam Ini tidak ada di Bengkalis, sehingga ada peluang besar bagi penantang," terangnya kepada Gatra.com, Selasa (23/6).
Asal tahu saja, setelah KPK menetapkan Bupati Bengkalis Amril Mukminin sebagai tersangka korupsi jalan Duri-Sungai Pakning. Wakil Bupati,Muhammad, kemudian menjadi pelaksana tugas Bupati. Namun, Muhammad kemudian terseret kasus korupsi pipa tranmisi PDAM di Kabupaten Indragiri Hilir. Kini, kabupaten kaya minyak tersebut diperintah oleh Sekretaris Daerah Bustami, selaku pelaksana harian.
"Kalau petahana yang maju, kan setidaknya mereka punya modal elektoral. Apalagi, dalam kondisi ruang gerak yang terbatas lantaran COVID-19, birokrasi itu menjadi modal yang diperhitungkan," tekannya.
Sementara itu di Kabupaten Kuansing, Bupati dan Wakil Bupati (Mursini-Halim), dipastikan bakal berpisah pada Pilkada 2020. Bubarnya kongsi Mursini-Halim menyeruak sejak 2018. Saat itu Halim mengumbar hubungan yang tidak harmonis dengan Bupati Kuansing, Mursini. Pada pilkada 2020 Halim disebut-sebut bakal berduet dengan Konferensi, bekas seterunya pada pilkada Kuansing 2015.
"Pilkada Kuansing itu seru lantaran penantang diuntungkan oleh petarungan antar petahana. Dalam pertarungan semacam ini, publik cenderung akan melirik sosok alternatif. Peluang kalah petahana kian besar, jika publik menilai kinerjanya bobrok," imbuhnya.
Sambung Tito, meski petarungan antar petahana lumrah terjadi dalam setiap pilkada. Pertarungan antar petahana pada pemilu di era COVID-19, sangat mempengaruhi kalkulasi politik peserta pilkada.
"Karena petahananya saling bertarung, calon alternatifnya mungkin bakal semakin banyak. Kalau tidak saling bertarung, pasangan petahana sangat mungkin memanfaatkan keunggulan resource untuk menghadapi pilkada. Skenario ini tentu mempengaruhi kalkulasi politik para penantang," tukasnya.