India dan Cina tetap panas. Insiden Lembah Galwal memicu demostrasi boikot Cina di India. Kekuatan ekonomi Cina lima kali lebih besar dari India.
Demo boikot produk Cina meletup di kota-kota India, setelah insiden kematian 20 prajurit India di Lembah Galwal, akhir pekan lalu. Massa bergerak di Kota Jammu, Ahmedabad, Varanasi, Indore, Kanpur, dan lainnya. Dalam aksinya, mereka membakar bendera dan barang-barang buatan Cina.
Menolak produk Cina digambarkan akan menusuk jantung kekuatan Negeri Tirai Bambu itu, yaitu ekonominya. Namun tampaknya aksi ini lebih bersifat simbolis, mengingat kekuatan ekonomi Cina lima kali lebih besar dari India.
Salah satu penyeru boikot barang made in China, Confederation of All India Traders (CAIT), menyebutkan ada 3.000 produk Cina di India dalam 450 kategori, mulai dari kosmetik, tas tangan, mainan, furnitur, hingga jam tangan. India memang pasar utama Cina. Perdagangan kedua negara itu tumbuh signifikan. Pada 2000, volume perdagangan hanya US$3 miliar. Pada 2018, nilai perdagangan kedua belah pihak mencapai US$95 miliar.
Tahun 2019-2020, sekitar 14% dari total impor India, datang dari Cina. Cina saat ini menjadi pengekspor terbesar ke India. Data Invest India yang dikutip Bloomberg, Sabtu, 20 Juni lalu, menunjukkan India sebagai pasar terbesar ketujuh bagi produk ekspor Cina.
Ekspor Cina ke India meliputi ponsel, peralatan elektronik, pupuk, komponen otomotif, produk jadi baja, barang modal seperti pembangkit listrik, telekomunikasi, produk-produk besi dan baja, bahan baku farmasi, kimia, plastik, serta lainnya. Impor India dari Cina naik 45 kali sejak tahun 2000 hingga mencapai US$70 miliar pada 2018-2019. Tahun lalu, defisit pedagangan kedua negara mencapai US$60 miliar.
Bagi India, Cina merupakan pasar ekspor ketiga terbesar pada 2019-2020. Pasar Cina menyerap 5,3% produk India, di bawah US (17%) dan UAE (9,3%). Ekspor utama India ke Cina meliputi benang katun, berlian, tembaga, bijih besi, bahan kimia organik.
Investasi langsung Cina di India masuk ke industri logam, energi terbarukan, peralatan elektronik, otomotif, dan industri kimia. Data yang dikompilasi BloombergQuint dari China Global Investment Tracker, menunjukkan Foreign Direct Investment Cina ke India pada 2019 mencapai US$4,14 miliar, meningkat dari US$3,8 miliar pada 2018 dan US$2,8 miliar pada 2017.
***
Kedua negara berbagi perbatasan sepanjang 3488 kilometer dari Negara Bagian Arunachal Pradesh di timur, Sikkim, Uttarakhand, Himachal Pradesh, hingga Jammu dan Kashmir di barat. Perbatasan de facto kedua negara dikenal sebagai Garis Kontrol Aktual (Line of Actual Control/LAC). Garis perbatasan ini didefinisikan secara longgar, hasil dari perang Sino-India 1967. Dalam perang singkat itu, Cina menganeksasi wilayah Aksai Chin seluas 43.000 kilometer dekat Kashmir.
Dalam buku India"s China War karya Neville Maxwell, disebutkan kedaulatan wilayah Aksai Chin selalu jadi persoalan. Aksai Chin merupakan bagian dari Kashmir dan setelah perang Pakistan-India 1947, India mengeklaim sebagai bagian dari Ladakh, wilayah pegunungan terpencil di timur Lembah Kashmir yang sampai tahun lalu merupakan bagian dari wilayah negara bagian semi-otonom, Jammu-Kashmir.
India menggunakan apa yang disebut "Garis McMahon" peninggalan era kolonial Inggris sebagai garis demarkasi kedua negara. Di sisi lain, Cina menggunakan garis yang biasa dipakai warga setempat selama puluhan tahun. Situasi seperti ini menciptakan status quo, sehingga sering muncul isu pelanggaran perbatasan.
Asal-usul krisis saat ini, menurut Prosefor Hubungan International dari King"s College, Harsh V. Pant, bisa dilihat dari pencabutan status semi-otonom Jammu dan Kashmir pada tahun lalu, yang disusul dengan pemisahan keduanya. "Sejak itu, muncul kekhawatiran di Cina bahwa India akan mempersulit Cina untuk maju," katanya seperti dikutip CNN.
Wilayah itu menghubungkan Cina ke Pakistan. Kedua negara itu membangun China-Pakistan Economic Corridor, jalur pedagangan antara pesisir Pakistan dan dataran tinggi Xinjiang Cina. Pembangunan itu merisaukan India.
"Sekarang, India juga meningkatkan pembangunan infrastruktur di sepanjang sisi perbatasannya," ucap Pant. Tahun lalu, India menyelesaikan jalan baru yang bisa dilalui di semua musim. Jalurnya sangat dekat dengan LAC. Tujuan dari pengembangan jalan ini, yaitu mendukung pasukan di sepanjang perbatasan, sehingga bisa disuplai lewat darat dari Lapangan Udara Daulat Beg Oldi, bandara dengan elevasi tertinggi di dunia. Jalan ini akan memainkan peran krusial jika India ingin memperkuat posisinya atau membangun instalasi militer di perbatasan.
Ekspansi India ini, dilihat sebagai ancaman terhadap tujuan geostrategis Cina di Asia Tengah. Hal ini dikatakan oleh Happymon Jacob, Associate Professor di The Center for International Politics, Organization, and Disarmament (Pusat Politik Internasional, Organisasi Pelucutan Senjata), Universitas Jawaharlal Nehru, New Delhi.
"Cina telah menginvestasikan lebih dari US$60 miliar [di koridor ekonomi] dengan Pakistan," kata jacob. Ia menambahkan, ini merupakan "elemen penting" dari rencana pembangunan Belt and Road Initiative Presiden Xi Jinping.
"Beberapa tanda gerak maju Cina baru-baru ini, sebagai respons terhadap jalan baru itu, yang mereka anggap sebagai perubahan status quo di LAC," kata Aidan Miliff, pengamat politik Asia Selatan di Massachusetts Institute of Technology.
***
Usai bentrokan paling parah dalam 54 tahun terakhir itu, pada Kamis pekan lalu, petinggi militer kedua belah pihak bertemu lagi untuk mendinginkan suasana. Namun citra satelit menunjukkan, pasukan Cina masih tetap di posisinya, belum mundur.
Pasukan Cina tetap berada di bagian Lembah Galwan dan Danau Pangong Tso yang didudukinya, dalam beberapa pekan terakhir. Cina juga secara demonstratif memamerkan alat perang dan kemampuan pasukannya di dataran tinggi Tibet. Kemenlu Cina menuntut India mencari otak dari peristiwa di Lembah Galwan itu.
Apa yang terjadi sepanjang tahun ini, eskalasinya lebih besar dari apa yang terjadi di Doklam pada 2017, seperti yang dikatakan Taylor Fravel, ahli perbatasan Cina. Mekanisme yang digunakan kedua belah pihak sejak Perjanjian 1993 tentang Perdamaian dan Ketenangan Sepanjang Garis Kontrol (1993 Agreement on Peace and Tranquility Along the Line of Control), mulai runtuh. Kedua negara perlu meninjau ulang posisinya dan mulai membicarakan saling pengertian yang baru.
Rosyid
Konflik Warisan Kolonial
1. Sino-Indian War (20 Oktober 1962-21 November 1962), Cina menganeksasi Aksai Chin.
2. Insiden Nathu La dan Cho La, Sikkim, September 1967. Sebanyak 88 tentara India tewas, sedangkan Cina kehilangan 300 orang.
3. Penyergapan Tulung La 20 Oktober 1975, empat personel Assam Rifles terbunuh di sisi perbatasan India, Arunachal Pradesh.
4. Sengketa Doklam, pertikaian 72 hari setelah pasukan Cina pindah ke dataran tinggi Doklam yang disengketakan di perbatasan Cina-India-Bhutan.
5. Ketegangan di Lembah Galwan di timur Ladakh, Himalaya, menewaskan 20 personel AD India.
Mengukur Otot Raksasa Asia
Kedua negara ini memiliki kekuatan militer yang patut diperhitungkan. Dengan kekuatan ekonominya, mereka terus membangun otot militernya. Militer India memiliki pengalaman tempur dengan pemberontak Kashmir dan Pakistan, sesuatu yang tidak dimiliki militer Cina sejak konflik dengan Vietnam 1979. Berikut perbandingan kekuatan militer kedua negara.
Kekuatan Darat
India: 225.000 orang
Cina: 200.000-230.000 orang
Sumber: Belfer Center penerbitan Maret
Kekuatan Udara
- Indian Air Force (IAF)
Jet tempur: 270 (Mirage 2000, Sukhoi SU-30)
Ground-attack aircraft: 68
Air base: 1 bandara militer
- People"s Liberation Army Air Force (PLAAF)
Jet tempur: 157 (J-10, J-11, dan SU-27)
Ground-attack aircraft: Drone
Air base: 8 bandara sipil
Sumber: Belfer Center penerbitan Maret
Hulu Ledak Nuklir
- India
Jumlah hulu ledak nuklir: 150
Sistem pelontar: misil, bomber, dan kapal selam
- Cina
Jumlah hulu ledak nuklir: 320
Sistem pelontar: misil, bomber, dan kapal selam
Sumber: Nuclear Warheads by Stockholm International Peace Research Institute (SIRPI)