Pekanbaru, Gatra.com - Bakal calon kepala daerah mengawatirkan kampanye virtual yang bakal diterapkan pada pilkada 2020. Politisi Partai Hanura Suhardiman Ambi, mengatakan metode kampaye tersebut tidak akan optimal jika diterapkan untuk menyasar segmen pemilih berusia lanjut.
"Bukan hanya faktor lokasi, segmen usia juga akan menjadi faktor yang mempengaruhi efektif atau tidaknya kampanye dengan gaya virtual. Orang tua tentu tidak akan akrab dengan kampanye seperti itu," jelas bakal calon kepala daerah untuk Kabupaten Kuansing itu, Senin (22/6).
Sambung Suhardiman,dengan dilarangnya kampanye akbar, peserta pilkada mau tidak mau harus memilih opsi tersebut sebagai cara sosialisasi. Asal tahu saja, sosialisasi pada pilkada 2020 juga membolehkan peserta melakukan sosialisasi tatap muka. Hanya saja opsi sosialisasi ini membatasi kehadiran orang dengan jumlah dibawah 20 orang.
Keterbatasan jumlah orang itu dengan sendirinya membuat kampanye virtual menjadi pilihan untuk meningkatkan jangkauan sosialisasi. Namun, berbeda dengan kampanye terbuka yang pasti dilihat orang (yang kebetulan melintasi lokasi), kampanye virtual sangat dipengaruhi oleh kemauan pengguna ponsel untuk menonton kampanye.
"Selain faktor usia tadi, kampanye virtual juga dipengaruhi oleh bagaimana masyarakat mengasosiasikan kampanye itu sendiri. Kalau kampanye dianggap sebagai iklan, bisa jadi masyarakat mengacuhkannya. Tapi, di sisi lain agar kampanye itu dilihat banyak orang tentu kita harus melakukan promosi," tekannya.
Suhardiman pun meyakini peran kampanye akbar sebagai sarana hiburan, sulit digantikan oleh kampanye virtual. Sebab, sebagian besar masyarakat di daerah menganggap kampanye sebagai tempat menonton atraksi (konser). "Tapi karena pelarangan itu untuk keselamatan bersama, sebagai calon peserta pilkada ya kita turuti aturan main pemerintah," katanya.