Karanganyar, Gatra.com - Kepolisian mengidentifikasi identitas penyerang Wakapolres Karanganyar Kompol Buroni dan dua orang lainnya. Dari jenazah pelaku, dilakukan tes DNA.
Kapolres Karanganyar, AKBP Leganek Mawardi mengatakan jenazah pelaku dikirim ke RS Bhayangkara Semarang untuk diautopsi. Dalam rangka menguak identitasnya, dilakukan langkah antemortem dan postmortem termasuk tes DNA.
"Penyelidikannya masih tertutup. Akan terus ditelusuri siapa dia dan dari mana. Semalem sudah dilakukan olah TKP di Cemoro Kandang. Visum dilakukan di Karanganyar sedangkan proses selanjutnya di RS Bhayangkara. Hasilnya masih dirapatkan," kata Kapolres Leganek kepada wartawan di Mapolres Karanganyar, Senin (22/6).
Terkait penyerangan terhadap anggota kepolisian itu, penyelidikan dilakan secara simultan oleh Densus 88 Antiteror Polda Jawa Tengah, Satreskrim Polres Karanganyar dan Jatanras Polda Jawa Tengah. Ia mengakui mulai muncul titik terang terkait kasus tersebut. Terutama mengenai identitas pelaku.
Sementara itu dalam olah TKP diamankan sejumlah barang bukti seperti baju dan celana milik pelaku, peralatan mandi, peralatan makan dan tulisan di buku kecil. Berdasarkan informasi yang ditelusuri dari berbagai sumber, nama Karyono Widodo (46) disebut-sebut melakukan penyerangan terhadap Wakapolres Kompol Busroni, sopir pribadi serta seorang warga sipil di Cemoro Kandang, Tawangmangu pada Minggu (21/6).
Ia tercatat sebagai warga Kota Madiun, Jawa Timur yang tinggal di Jalan Argo Manis I RT 022/RW 007, Kelurahan Manisrejo, Kecamatan Taman.
Sementara itu Bupati Karanganyar Juliyatmono memuji langkah cepat kepolisian dalam melumpuhkan pelaku penyerangan.
"Apa yang terjadi kemarin, ini prestasi jajaran Polres Karanganyar. Tindakannya cepat dan terukur. hingga berhasil melumpuhkan orang orang tidak bertanggungjawab," kata Juliyatmono.
Ia menyebut pelaku memiliki pemahaman salah dan bertentangan ajaran agama. Bahkan, pemikiran salah itu membuat perilakunya menyimpang. Ia berharap masyarakat belajar secara benar agar tidak melakukan tindakan brutal.
Juliyatmono mengimbau masyarakat saling mengingatkan jika menyadari adanya pemahaman menyimpang.
"Keluarga merupakan benteng dalam menangkis paham yang bertentangan dengan nilai nilai ajaran agama. Mari bapak ibu, orangtua cek betul anak anaknya, apalagi ini sedang belajar di rumah. Sehingga kedekatannya dengan anak anak jauh lebih intens," ucapnya.