Pekanbaru, Gatra.com - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Muhammadiyah Riau, Aidil Haris, mengatakan sosok petahana kian menarik pada pilkada 2020. Hal itu lantaran petahana memiliki sejumlah keunggulan bila pilkada digelar ditengah pandemi COVID-19.
Menurutnya, keunggulan itu berkaitan dengan terbatasnya ruang komunikasi politik (kampanye) yang bakal digunakan penantang.
"Upaya sosialisasi pilkada 2020 jelas terbatas, ini tentu menyulitkan para penantang dalam merangkul pemilih. Disisi lain petahana, punya sumber daya, dan telah dikenal cukup baik disuatu wilayah," sebutnya kepada Gatra.com, Senin (22/5).
Lanjut Aidil, dampak meningkatnya peluang menang petahana itu, membuat koalisi gemuk berpeluang terjadi.
"Koalisi gemuk itu sendiri sudah cukup untuk menunjukkan persentase kemenangan petahana. Saya yakin peluang menang petahana lebih dari 70 persen," tekkanya.
Secara terpisah, Sekretaris Partai Gerindra, Hardianto, mengatakan koalisi gemuk merupakan opsi yang memungkinkan pada setiap hajatan pilkada. Ia pun meyakini persoalan berlarut di Kabupaten Kampar belum tentu terjadi di daerah lain.
"Yang terjadi di Kampar itu belum tentu terjadi di daerah lainnya, namun apa yang terjadi di Kampar merupakan pelajaran untuk pilkada 2020. Ada kemungkinan koalisi gemuk kembali terbentuk," ungkapnya kepada Gatra.com, Senin (22/6).
Adapun Kabupaten Kampar hingga kini belum juga memiliki wakil bupati. Hal ini lantaran 6 partai koalisi pengusung Azis Zaenal (almarhum) - Catur Sugeng (Bupati Kampar), belum mencapai titik temu soal Wakil Bupati. Kondisi itu pun membuat koalisi gemuk menuai sorotan jelang pilkada 2020.