Pati, Gatra.com - Kecelakaan lalu lintas (Lakalantas) pada 2003 silam, membuat kehidupan Sukaelan berubah drastis. Masa muda, selepas lulus sekolah yang harusnya menjadi jalan untuk merubah masa depannya berubah kelabu.
Lantaran, warga Desa Payak, Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati, Jawa Tengah ini harus merelakan kaki kanannya diamputasi untuk menghindari hal yang tidak diinginkan saat itu. Sepulang dari rumah sakit swasta, ia pun pasrah dan banyak mengurung diri di dalam kamar.
Hingga tiga tahun lalu, pria berusia 37 tahun ini berusaha mengisi kekosongan dengan membuat miniatur moda seperti bus dan truk dari limbah kayu dan sejumlah barang bekas yang ia kumpulkan dari sekitar lingkungan rumahnya.
“Awalnya hanya hobi saja untuk mengisi waktu luang. Kebetulan saya suka otak-atik sesuatu juga, buat miniatur bus dan truk,” ujarnya, Rabu (17/6).
Saat itu, ia tidak kepikiran untuk mendulang rupiah dari buah karyanya. Hingga ada seorang teman yang tertarik dengan miniatur kendaraan buatannya. “Mikirnya saat itu laku dijual apa gak karya saya. Kalau dijual masak jelek begini, siapa yang mau beli. Terus gak jadi buat lagi. Terus ada dukungan dari teman,” tuturnya.
Didorong terus-menerus oleh teman dan keluarganya, Sukelan pun memberanikan diri untuk melanjutkan berkarya. Pelan-pelan, pesanan miniatur berdatangan, mengingat kualitas setiap unit produknya ditangani dengan baik.
Di ruang tamu rumahnya, ia biasa merakit miniatur. Dimulai dari membuat sketsa rancangan kendaraan ia tangani sendiri. Untuk kemudian diaplikasikan di limbah kayu yang kemudian ia potong menggunakan gergaji.
Setelah rangka dan badan unit kendaraan jadi, ia melanjutkan untuk melengkapinya dengan pernak-pernik seperti lampu LED dan aksoris lainnya, sehingga menyerupai armada yang asli dalam skala yang berbeda.
“Kalau buatnya biasa tanpa detail yang bener-bener, sebulan mampu buat unit miniatur. Namun kalau yang pesan minta detail dan kualitas yang bagus, sebulan paling dua unit saja,” ungkapnya.
Sukaelan membeberkan untuk unit miniatur yang biasa ia menjualnya dengan harga Rp400.000, sementara unit yang mengutamakan kerumitan dan kualitas dibandrolnya 600 ribu hingga jutaan rupiah.
“Untuk yang gak serumit kayak gitu, paling murah Rp400.000, itu yang belum cat-catan. Catnya sendiri mahal dan butuh proses, jadi harganya beda lagi,” jelasnya.
Meski ia menjadi difabel pada tahun 2003, Sukaelan mengaku menggunakan kaki palsu pada tahun 2013. Dan sejak pertama kali mengenakan kaki palsu, ia tidak pernah menggantinya dengan yang baru karena terkendala biaya.