Surabaya, Gatra.com - Menjalankan roda pemerintahan saat masa transisi di Surabaya ternyata melelahkan. Bahkan, Wali Kota Surabaya sekelas Tri Rismaharini sempat pingsan akibat kelelahan usai ber-telelconference dengan dewan sekolah SMP Negeri dan Swasta se-Surabaya.
Pantauan Gatra.com, saat itu, Risma baru saja menyudahi sesi teleconference bersama para anggota komite SMP dan akan melanjutkan kegiatan yang sama dengan komite SD se-Surabaya. Kemudian, Risma terlibat argumen dengan beberapa anggota Organisasi Perangkat Dinas (OPD) yang mendampinginya.
Entah apa yang dibicarakan, semua ODP nampak mendengarkan argumen dan arahan Risma dengan seksama. Namun, tak berselang lama, Risma mengeluh bahwa dirinya merasa lelah dan akhirnya jatuh pingsan.
"Aku capek," kata Risma singkat, lalu jatuh pingsan usai melakukan teleconference dengan para anggota dewan sekolah SMP di dapur umum Balai Kota Surabaya, Minggu (14/6).
Kepala Dinas Pendidikan Surabaya Soepomo enggan berkomentar tentang hal itu. Soepomo hanya mengatakan, hasil teleconference tersebut menyepakati beberapa hal antara komite SMP dan Pemerintah Kota Surabaya.
Hal-hal yang telah dibicarakan dan disepakati tersebut berkaitan dengan protokoler kesehatan. Soepomo menyatakan, semua guru SMP harus menjalani Rapid Test sebelum kegiatan belajar mengajar pada tahun ajaran baru dimulai.
"Kami mengajak para wali siswa itu untuk ikut memikirkan protokol pendidikan. Terkait itu juga, bu Wali (Risma) sudah memerintahkan kami , untuk semua guru kami lakukan Rapid Test," kata Soepomo.
Tujuannya, jelas. Rapid test tersebut untuk mengetahui kondisi kesehatan para guru, apakah terpapar Covid-19 atau tidak. Tapi, Soepomo menegaskan bahwa hanya para guru yang diwajibkan menjalani Rapid test sebelum masuk sekolah pada tahun ajaran baru 2020/2021.
Sementara itu, terkait kegiatan berlajar mengajarnya sendiri, Soepomo menyatakan bahwa pihaknya akan meminta rekomendasi dari para tenaga kesehatan. Apakah akan mengatur jumlah siswa yang diperbolehkan masuk sekolah per harinya, atau akan dilakukan kegiatan belajar mengajar secara daring.
"Kami akan minta rekomendasi dari tenaga kesehatan dan Kementerian Kesehatan. Jadi, dibuat protokol secara detail. Apakah separuh (jumlah siswa) masuk sekolah, sisanya belajar di rumah. Itupun sebenarnya, kami masih was-was juga," kata Soepomo.
Sebagai informasi, Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) pada jenjang SMP dan SD akan dimulai secara online pada 15 Juni besok. Prosesnya, mencakup validasi data calon siswa dan pengambilan pin.