Jakarta, Gatra.com - Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Wamendes PDTT), Budi Arie Setiadi, optimistis desa bisa menjadi motor bangkitnya perekonomian nasional Indonesia di tengah melemahnya perekonomian global dan diprediksi minus hingga -7,2%.
"Sesa punya potensi menjadi penggerak kemajuan dan pemulihan perekonmian Indonesia pasca-Covid-19," kata Budi Arie di Jakarta, Sabtu (13/6).
Orang nomor 2 di Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) optimistis karena mayoritas desa di Tanah Air masih relatif aman dari pandemi coronavirus disease 2019 (Covid)-19.
"Hari ini, menurut data Departemen Kesehatan dari sekitar 34 ribu warga yang terkena virus Covid-19, hanya 2-3% yang ada di perdesaan, sisanya di perkotaan," katanya.
Karena itu, lanjut Budi Arie, warga desa bisa terus menjalankan aktivitasnya, seperti menjadi sentra propduksi berbagai bahan pangan atau berbagai hasil dari alamnya lainnya, juga peternakan, perikana, perkebunan, dan lain-lain.
"Saya yakin kalau desa ini bangkit, desa ini mampu menjadi kepeloporan, desa ini mampu menjadi pusat produksi yang baik, kita yakin Indonesia akan tertopang dari imbas penurunan ekonomi secara global," ujarnya.
Menurut Budi Arie, rendahnya masyarakat atau warga desa terinfeksi virus corona jenis baru, SARS CoV-2 ini di ataranya karena kebijakan pemerintah melarang mudik saat pandemi Covid-19, khususnya pada lebaran atau Idulfitri 1441 H kemarin.
"Saya ingin menyampaikan terima kasih atas kebijaksanaan pemerintah yang melarang mudik sehingga potensi penyebaran pandemi Covid-19 ini tidak sampai ke desa-desa," ucapnya.
Adapun soal pelemahan perekonomian dunia, lajut Budi Arie, sesuai yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) setelah ?berdiskusi dengan International Monetary Fund (IMF) bahwa perekonomian dunia berpotensi minus 7,2%.
"Potensi ekonomi dunia terancam minus 7,2% maksimal tahun ini. Bisa dibayangkan 7,2% ekonomi dunia mengalami kontraksi, minus 7,2%," ujarnya.
Menurut Budi Arie, pemerintah terus berupaya untuk memajukan desa, di antaranya melakukan percepatan desa yang belum teraliri listrik. Dua bulan lalu, Presiden Jokowi dalam rapat terbatas kabinet sudah memutuskan untuk melakukan percepatan agar 433 desa yang belum teraliri listrik, segera menikmatinya.
"Bisa dibayangkan, 75 tahun Indonesia meredeka, desa-desa ini belum punya listrik, temannya cuman terang bulan dan obor. Jadi bagaimana kita mau bisa bicara soal teknologi digital kalau sarana listrik saja tidak pernah mereka miliki, atau tidak pernah mereka rasakan," ujarnya Budi Arie.
Adapun desa yang belum teraliri listrik, di antaranya terdapat di Papaua sebanyak 325 desa, Papua Barat 102 desa, Maluku 1 desa, dan Nusa Tenggara Timur (NTT) sebanyak 5 desa.
"Ini betul-betul desa yang tanpa listrik. Kita belum bicara desa yang kurang listrik, atau desa yang cuma 6 jam, atau 12 saja listriknya. Kita jangan bicara kota, kalau kota listriknya 24 jam. Di daerah-daerah lainnya masih ada kekurangan pasokan listrik," ujarnya.