Pekanbaru, Gatra.com - Gelaran pemilihan kepala daerah (pilkada) ditengah pandemi COVID-19 dapat mengurangi pengaruh komunikasi politik yang diusung para calon. Disisi lain virus tersebut juga berpeluang membuat biaya politik semakin mahal.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Muhammadiyah Riau, Aidil Haris, mengungkapkan pandemi COVID-19 membuat materi komunikasi politik diluar penanganan COVID-19 menjadi diragukan efektivitasnya.
"Persoalannya, sebagian besar masyarakat mengasumsikan penanganan COVID-19 dengan bantuan. Nah, bantuan ini umumnya diasosiasikan dengan sembako atau uang. ini bisa membuat biaya politik membengkak. Sebab peluang suara untuk dibeli kian terbuka lebar," ujarnya kepada Gatra.com melalui sambungan seluler, Sabtu (13/6).
Sambung Aidil, kondisi ini membuat modal kapital para cakada sangat menentukan. Dampaknya visi misi yang dimiliki para calon akan menjadi sulit untuk dikomunikasikan. Oleh sebab itu, dia meyakini biaya kampanye tahun 2020 lebih banyak terserap untuk menjawab bantuan dikala pandemi, ketimbang alat peraga kampanye atau kemasan sosialisasi lainya.
"Kampanye akbar jelas tidak diperbolehkan. Sedangkan ketika turun ke lapangan saat COVID-19, tindakan memberikan bantuan lebih potensial menarik perhatian masyarakat dibanding memaksakan menyampaikan visi-misi. Disisi lain program yang coba dikemas melalui virtual juga sangat dipengaruhi jangkauan jaringan internet, dan mau tidaknya masyarakat membuka ponsel untuk menonton kampanye," katanya.
Adapun peran Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sangat diperlukan untuk meredam potensi politik uang saat pandemi. KPU, kata Aidil, dapat menggencarkan literasi soal pemilu sebagai upaya meredam keinginan pemilih menukar suaranya dengan uang. Sedangkan Bawaslu dapat menggunakan perannya sebagai pengawas.
"Hanya saja keberhasilan upaya tersebut sangat bergantung pada karakteristik pemilih. Tapi, upaya tersebut bakal lebih sulit diterapkan di pedesaan, lantaran akses warga terhadap sumber ekonomi sangat terbatas, jika dibandingkan dengan warga perkotaan," ujarnya.