Yogyakarta, Gatra.com - Desa dinilai tepat menjadi tempat untuk merumuskan tatanan kehidupan baru di masa pandemi Covid-19. Gagasan alternatif atas normal baru dari desa bukan hanya berupa protokol kesehatan, melainkan mencakup panduan di berbagai aspek kehidupan.
Dengan semangat itu, komunitas Sanggar Inovasi Desa, di Desa Panggungharjo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menggelar Kongres Kebudayaan Desa.
Kongres bertajuk “Membaca Desa, Mengeja Ulang I-N-D-O-N-E-S-I-A: Arah Tatanan Indonesia Baru dari Desa” ini digelar secara daring melalui webinar pada 1 Juni - 15 Agustus 2020.
Peneliti Sanggar Inovasi Desa, Sholahudin, menjelaskan, Kongres Kebudayaan Desa berupaya merumuskan tata nilai dan tata kehidupan baru bernegara dan bermasyarakat yang dimulai dari desa terutama di masa pandemi Covid-19.
“Pertemuan yang akan diisi oleh para pemangku desa, dari pemerintah desa, lembaga, komunitas, dan warga desa, juga akademisi praktisi, birokrat, pelaku bisnis, dan pekerja media ini akan bergerak di dua ranah,” tutur Sholahudin, saat dihubungi Gatra.com, Jumat (12/6).
Menurutnya, selain tataran konseptual, secara praksis kongres ini menghasilkan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes), yang memberi sumbangsih pada pola tata kelola pemerintahan dan tata hidup baru warga desa di Indonesia.
Sholahudin menjelaskan, seraya menekankan tata kelola pemerintahan anti-korupsi, kongres ini juga akan memberikan gambaran kondisi terkini sektor-sektor pembangunan desa di era pandemi Covid-19.
“Di masa pandemi ini, orang-orang desa yang merantau ke kota mengalami kecemasan, ia yang papa tak diterima di lingkungan kota, kota menjadi tidak ramah. Orang mencuri-curi cara agar tetap pulang kampung ketika kota tak lagi menyediakan kerja, dan orang-orang menengahnya mengurung diri di rumah. Mereka pulang ke desa,” tuturnya.
Menurut dia, Covid-19 telah membongkar semua tatanan sehingga melahirkan sejumlah pertanyaan. “Apakah puncak dari relasi sosial adalah gotong royong? Apakah puncak dari relasi ekonomi adalah kerjasama? Apakah puncak dari relasi politik adalah musyawarah? Pertanyaan-pertanyaan ini akan turut diuji dan dibuktikan di kongres ini,” kata dia.
Dengan demikian, kongres ini akan menyodorkan tawaran alternatif tentang normal baru dari berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sebab selama ini skema normal baru seolah direduksi hanya pada tataran tata cara teknis kehidupan seperti cuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak.
“Tawaran ini juga menyediakan seperangkat panduan untuk penyusunan RPJMDes yang bisa diadopsi oleh sebanyak mungkin desa-desa di Indonesia,” kata dia.
Sejumlah pembicara direncanakan mengisi kongres ini. Mereka antara lain Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendi, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid, Komisioner KPK, dan perwakilan Kantor Staf Presiden.
Selain itu, ada Ketua Umum GP Ansor NU Yaqut Cholil Choumas, budayawan Garin Nugroho, Gubernur Lemhanas Agus Widjojo, pegiat pendidikan Butet Manurung, pengusaha Irwan Hidayat, hingga musisi Noe Letto.