Jakarta, Gatra.com - Assistant Representative UNFPA, Dr. dr. Melania Hidayati, MPH, mengatakan, sekitar 47 juta perempuan terancam tidak mendapatkan akses terhadap alat kontrasepsi modern jika lockdown terkait coronavirus disease 2019 (Covid)-19 diberlakukan selama 6 bulan.
"Pandemi Covid-19 ini memberikan dampak yang luar biasa terhadap program Family Planning secara global. Estimasi kami, jika lockdown berlangsung 6 bulan, 47 juta perempuan terancam tidak mendapat akses kontrasepsi modern," katanya dalam keterangan pers yang diterima Gatra.com di Jakarta, Rabu (10/6).
Bukan hanya itu, lanjut dokter yang akrab disapa Meli ini, dampak lockdown dan gangguan layanan alat kontrasepsi selama waktu terseut juga diprediksi berpotensi terjadinya penambahan 7 juta angka kehamilan tidak direncakan (KTD).
Sementara itu, Head of Strategic Planning DKT Indonesia, Aditya A. Putra, menyampaikan, sebagai organisasi KB di Indonesia yang berkontribusi menyumbang angka CPR sebesar 25,2%, DKT Indonesia menyadari bahwa pandemi ini memberikan tantangan bagi edukasi peningkatan penggunaan kontrasepsi di Indonesia.
Untuk itu, DKT Indonesia mengambil langkah strategis, di antaranya memastikan pasokan alat kontrasepsi mudah dijangkau dan tersedia di berbagai channel dan meningkatkan komunikasi kepada tenaga kesehatan melalui berbagai kegiatan webinar yang ditujukan bagi tenaga kesehatan.
"Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan kehamilan di masa pandemi lewat digital platform dan layanan konsultasi KB, Halo DKT, yang dapat diakses secara langsung oleh masyarakat melalui WhatsApp 0811-1-326459 atau Telepon Bebas Pulsa 0800-1-326459," katanya.
Kemudian, memberikan donasi berupa alat kontrasepsi, produk kesehatan reproduksi, dan alat pelindung diri (APD) kepada tenaga kesehatan dan masyarakat di Jabodetabek, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
DKT Indonesia memiliki dua layanan konsultasi yang diperuntukkan bagi masyarakat, yaitu @HaloDKT yang ditujukan untuk masyarakat umum dan juga @BeraniBerencana untuk anak muda.
"Lewat layanan konsultasi @HaloDKT yang di-handle oleh bidan & dokter, DKT Indonesia menerima lebih dari 1.000 pertanyaan konsultasi terkait dengan kontrasepsi setiap bulannya," kata Aditya.
Menurutnya, jumlah ini naik 40% daripada sebelum pandemi rata-rata 600 konsultasi. Pertanyaan yang sering ditanyakan, di antaranya kontrasepsi yang efektif dan cocok digunakan pada saat pandemi dan pengganti suntik KB karena takut pergi ke bidan pada saat pandemi.
Kemudian, rekomendasi bidan andalan terdekat yang masih membuka klinik pada saat pandemi dan bolehkah masih menggunakan implant atau IUD, padahal sudah masa lepas karena pasien takut ke dokter atau bidan.
Sedangkan melalui platform edukasi kesehatan reproduksi anak muda @BeraniBerencana, DKT Indonesia juga menerima rata-rata 100 pertanyaan per bulan terkait dengan pengetahuan seputar kesehatan reproduksi seperti menstruasi, cara menjaga kebersihan organ reproduksi, hingga pertanyaan tentang infeksi menular seksual.
“Pelayanan KB di masa new normal harus segera digalakkan untuk mengantisipasi terjadinya ledakan kehamilan tidak direncanakan," kata Aditya dalam webinar bertajuk "Urgensi Pelayanan KB pada Masa New Normal".
Menurtnya, memastikan keberlangsungan program KB berarti menjamin hak-hak bagi perempuan Indonesia untuk mendapatkan informasi dan layanan terkait kesehatan reproduksi.
"Selain itu, layanan KB bisa juga berperan melakukan sosialisasi kepada pasangan usia subur dan juga remaja mengenai bagaimana menjaga kesehatan reproduksi di tengah ancaman pandemi dan selama masa New Normal,” ungkap Aditya.
Webinar ini juga berlangsung semarak dengan hadirnya Citra Ayu Mustika, pemerhati kesehatan ibu dan anak yang dikenal dengan nama akun @ovevelove di Instagram. Citra sempat melakukan survei sederhana di kalangan followers-nya beberapa hari sebelum webinar berlangsung.
"Dari kalangan followers saya saja, 1.123 orang mengaku positif hamil di masa pandemi ini. Padahal, tanpa pandemi saja, risiko kesehatan ibu dan anak untuk kehamilan tidak terencana itu sangat berbahaya," ungkap Citra.
"Juga terkait dengan ASI, karena kebetulan saya concern dengan hal ini. Kalau jarak kehamilan tidak diatur, anak-anak terancam tidak mendapat asupan nutrisi yang cukup dari ASI,” ujar Citra.