Jakarta, Gatra.com - Pelayanan dan penyuluha tentang keluarga berencana (KB) harus kembali dilakukan pada masa normal baru (new normal). Pasalnya, terjadi penurunan layanan dan penyuluhan pada saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran pandemi coronavirus disease 2019 (Covid)-19.
"Masa New Normal setelah meredanya pandemi menjadi momentum bagi BKKBN dan para pemangku kepentingan lainnya untuk kembali menggencarkan pelaksanaan Program KB," kata Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (BKKBN) dalam keterangan tertulis yang diterima pada Rabu (10/6).
Hasto mengungkap, penyuluhan dan pelayanan KB harus digencarkan di masa normal baru karena selama pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), terjadi penurunan drastis.
Sesuai data BKKBN teranyar, terjadi penurunan pelayanan KB sejumlah 1.179.467 pada rentang Januari-April 2020 dibanding tahun 2019. Akibatnya, Indonesia diperkirakan akan mengalami lonjakan angka kelahiran pada tahun 2021.
BKKBN, lanjut Hasto, mendorong bidan dan dokter untuk membuka kembali layanan KB serta mendorong masyarakat untuk tidak ragu mengakses layanan KB dan terus memakai alat kontrasepsi.
Menurut Hasto, sosialisasi dan layanan KB harus kembali berjalan setelah memasuki masa normal baru, ini harus kembali dilakukan. Pemerintah sudah berkomitmen menggencarkan kembali Program KB untuk menurunkan angka kelahiran.
"[Ini bertujuan agar] penduduk Indonesia bisa tumbuh seimbang. Namun, selama masa pandemi kita melihat penurunan partisipasi KB yang cukup besar," ujarnya saat membuka webinar bertajuk "Urgensi Pelayanan KB pada Masa New Normal", kemarin.
Hasto Wardoyo menyampaikan, KB merupakan program strategis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang harus dijaga implementasinya secara bersama-sama agar berkesinambungan.
Masa PSBB terkait pandem Covid-19, lanjut Hasto, sangat berdampak terhadap pelaksanaan Program KB yang selama ini mengandalkan kegiatan tatap muka dalam sosialisasi, penyuluhan, dan pemberian layanan kontrasepsi.
Menurutnya, selama masa pandemi ini, muncul kekhawatiran masyarakat untuk mengakses pelayanan KB di klinik bidan atau dokter. Banyak dokter dan bidan yang menutup kliniknya karena tak memiliki perlengkapan memadai untuk mencegah penularan Covid-19. Selain itu, kesadaran masyarakat untuk ber-KB secara mandiri selama masa pandemi pun masih rendah.
Sementara itu, Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Dr. Emi Nurdjasmi, M.Kes, menambahkan, bidan menghadapi tantangan besar dalam memberikan layanan kesehatan reproduksi selama masa pandemi.
Pasanya, lajut Emi, karena perempuan hamil mengalami perubahan kekebalan tubuh sehingga lebih rentan terhadap paparan Covid-19. Karena itu, pemberian layanan kesehatan reproduksi oleh bidan di masa pandemi maupun New Normal harus benar-benar memperhatikan standar keamanan.
"Sebagai tenaga kesehatan paling depan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, bidan memegang peranan penting dalam mendukung kesehatan reproduksi dari aspek membantu menurunkan angka kematian ibu dan bayi hingga memberikan layanan KB," katanya.
Menurut Emi, pada masa New Normal, sangat penting untuk memastikan bahwa bidan bisa terus melanjutkan pemberian layanan kesehatan reproduksi, termasuk pemasangan alat kontrasepsi secara aman, baik bagi bidan maupun pasien.