London, Gatra.com – Pemerintah Inggris menyebut jumlah korban meninggal akibat virus corona telah melewati tonggak sejarah yang suram sebanyak 50.000 jiwa, pada Selasa (9/6).
Dikutip AFP, Rabu (10/6), Sekretaris Bisnis Alok Sharma mengutip analisis dari Kantor Statistik Nasional (ONS), mengatakan sudah lebih dari 50.107 orang meninggal dunia karena wabah tersebut.
ONS menyebut semua korban meninggal COVID-19 diketahui dan disebutkan dicurigai setelah dikeluarkannya sertifikat kematian hingga 29 Mei lalu.
Secara resmi, pemerintah hanya menghitung jumlah kematian yang dites positif COVID-19. Angka itu naik menjadi 40.883 pada hari Selasa, atau naik 286 pada hari Senin.
Jika dihitung jumlah korban, Inggris tercatat merupakan negara yang terburuk di Eropa dan tertinggi kedua di dunia setelah AS, meski setiap negara memiliki metode pelaporan dan waktu jeda yang berbeda.
Data ONS juga menunjukkan bahwa kematian di Inggris dan Wales melebihi dari rata-rata lima tahun terakhir sebesar 57.961 dalam periode 10 minggu, sejak wabah berlangsung pada bulan Maret.
Sharma mengatakan bahwa semua toko non-esensial di Inggris dapat dibuka kembali mulai 15 Juni mendatang, selama mematuhi pedoman kesehatan dan keselamatan.
"Ini adalah langkah terbaru dalam memulai kembali ekonomi kita dengan hati-hati dan akan memungkinkan jalan-jalan tinggi di seluruh negeri untuk bangkit kembali," kata Sharma.
Dia menambahkan bahwa aturan jarak sosial dua meter yang berlaku di Inggris akan tetap ada, ketika toko-toko dibuka kembali, meski ada spekulasi bahwa peraturan tersebut dapat saja dilonggarkan.
Namun dia tidak mengesampingkan jika nantinya pub dan restoran bisa dibuka kembali paling cepat 4 Juli mendatang.