Home Internasional Arab Saudi Rancang Vaksin Covid-19 Sesuai Syariat Islam

Arab Saudi Rancang Vaksin Covid-19 Sesuai Syariat Islam

Riyadh, Gatra.com - Ketika industri farmasi secara global berlomba untuk mengembangkan vaksin melindungi masyarakatnya dari serangan virus corona, dua entitas di Arab Saudi sedang merancang pengembangan vaksin COVID-19, yang sesuai syariat hukum Islam.

Dikutip Al-Arabiya, Selasa (9/6), para ilmuwan di Universitas King Abdulaziz di Jeddah, yang dipimpin Dr. Anwar Hashem, bekerja sama dengan SaudiVax, penyewa Universitas Sains dan Teknologi (KAUST) King Abdullah di Thuwal, sedang mengembangkan vaksin COVID-19.

Dalam pengembangan vaksin, para ilmuwan menggunakan sel hidup yang membutuhkan nutrisi untuk bisa bertahan hidup. Biasanya nutrisi ini mencakup unsur-unsur yang tidak diizinkan oleh hukum Islam - misalnya bahan-bahan yang berasal dari babi seperti gelatin atau empedu. Sedangkan makan daging babi dan minum alkohol dilarang dalam hukum Islam, pada keadaan normal.

Menurut Profesor Mazen Hassanain, seorang pemimpin tim dan pendiri Saudi Vax, perusahaan biotek yang mengembangkan vaksin swasta pertama di Arab Saudi menyebut penggunaan vaksin hanya dibolehkan dari bahan-bahan yang diizinkan secara hukum Islam. Langkah dilakukan untuk menghindari keragu-raguan dari kalangan umat Muslim dan meyakinkan bahwa komponen-komponen vaksin COVID-19, halal digunakan dalam syariat Islam. 

Selama ini, sebagian populasi umat Muslim di negara-negara di Afrika Barat dan Tengah, serta Asia Timur, banyak meragukan menggunakan vaksin, dengan alasan agama dan budaya mereka.

Kepala divisi epidemiologi dan biostatistik di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas California Berkeley, Dr Arthur Reingold, menyebut keberadaan vaksin yang diberi label halal dan dapat digunakan oleh hukum Islam itu sangatlah penting, karena dapat berpengaruh pada penggunaannya dari kalangan muslim itu sendiri.

Menurut mantan Utusan Sains AS Dr. Peter Hotez, industri vaksin yang muncul di Arab Saudi merupakan salah satu terobosan di wilayah Timur Tengah, di mana negara-negara sebelumnya tidak mengembangkan industri vaksin mereka sendiri, karena bergantung pada entitas luar.

Sejak tahun 2016, SaudiVax telah memperkuat pengembangan vaksin dan industri manufaktur di kawasan itu.

SaudiVax membangun fasilitas pengembangan dan pembuatan vaksin yang kemungkinan akan beroperasi penuh dalam dua tahun. Nantinya akan dijadikan sebagai Kota Sains dan Teknologi King Abdulaziz.

Hassanain mengatakan bahwa Arab Saudi, sebagai negara G20, memiliki banyak alasan untuk mempelopori pengembangan industri vaksin secara regional, khusus pandemi coronavirus saat ini.

“Kami ingin proaktif dalam situasi seperti ini. Inisiatif vaksin COVID-19 adalah percobaan yang bagus. Jika datang tepat waktu, itu sempurna. Jika tidak, itu adalah pengalaman yang baik,” kata Hassanain dalam wawancara dengan Al Arabiya English.

Didukung oleh berbagai sektor pemerintah, fasilitas SaudiVax akan melatih para ilmuwan Saudi untuk bekerja dalam pengembangan vaksin dan sektor manufaktur di lingkup Kerajaan Saudi.

Hassanain mengatakan misi SaudiVax sejalan dengan tujuan rencana reformasi Saudi Vision 2030 , yang bertujuan untuk mendiversifikasi ekonomi Arab Saudi dan mengembangkan program-program yang bermanfaat bagi warganya.

Tujuan bersama antara SaudiVax dan Saudi Vision 2030 termasuk melokalkan industri baru, meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan, dan meningkatkan layanan kesehatan.

"Tim kami adalah 60 persen wanita - sangat berbeda dari semua perusahaan farmasi regional," kata Hassanain.

“Dan kami bertujuan untuk mewujudkan keamanan kesehatan nasional - sesuatu yang menjadi prioritas wabah COVID,” tambahnya.

1047

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR