Kudus, Gatra.com - Alumni Madrasah Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus yang akrab dikenal dengan Ikatan Siswa Abiturien (IKSAB), menyelenggarakan halalbihalal virtual bersama para masyayikh, Senin (8/6) malam.
Mengusung tema "Meneguhkan Madrasah Salafiyah Berbasis Sains Spiritual al-Quran Songsong Satu Abad TBS Kudus", acara diikuti para alumni yang ada di tanah air, maupun yang tersebar di berbagai negara.
Masyayikh yang "hadir" dalam halalbihalal ini, antara lain KH M Ulil Albab Arwani, KH Hasan Fauzi, KH M Arifin Fanani, KH Musthafa Imron, KH Ahmad Arwan, dan KH Nur Khamim.
Selain itu, akan diikuti pula oleh Prof Dr H Ahmad Rofiq MA (Semarang), KH Abdullah Sa'ad (Karanganyar), dan alumni TBS yang berada di Yaman, Mesir, Tiongkok, Amerika Serikat, Australia, Arab Saudi, Malaysia, Jerman, Jepang, Singapura, Suriah, Lebanon, Turki, serta Maroko.
Guru Besar Hukum Islam UIN Walisongo Semarang Prof Dr KH Ahmad Rofiq yang juga anggota IKSAB TBS mengatakan, madrasah TBS harus menjadi pembeda. Tema yang diangkat dalam kegiatan ini harus menjadi patokan dalam ber tafaqqahu fiddin (menjaga dan menyebarkan agama). “Kapasitas dan kualitas para santri TBS, tidak kalah dengan para pelajar dari sekolah bergengsi lainnya,” tegasnya.
Rofiq juga menyinggung usia madrasah TBS yang mendekati 100 tahun. Dalam usia yang ke 100, beliau berharap akan ada gebrakan-gebrakan dan inovasi-inovasi unggulan. Termasuk hal yang paling sederhana adalah memanfaatkan kemajuan teknologi. “Maka bukan hal yang tidak mungkin untuk kajian-kajian kitab salaf oleh para masyayikh dilakukan digitilasisi dan disebarluaskan agar bisa diakses oleh semua pihak,” sebutnya.
Hal itu, kata Rofiq, juga menjadi bukti bahwa madrasah TBS mampu bertahan di era kemajuan teknologi dengena memanfaatkan teknologi secara baik dan benar. “Serta menjadi pembawa pesan Islam rahmatan lil 'alamin serta dakwah ramah sesuai dengan manhaj ahlus sunnah wal jama'ah an nahdliyyah,” tegasnya.
Ketua Umum (Ketum) IKSAB, H Nur Said, bersyukur karena halalbihalal bersama masyayikh bisa digelar, kendati melalui layar maya atau dunia virtual. "Situasi pandemi ini, tak menyurutkan kami sebagai santri untuk selalu hormat dan merawat silaturahmi dengan masyayikh. Alhamdulillah, halalbihalal bisa berlangsung, kendati secara virtual," katanya diamini ketua panitia, Abdulloh Hamid.
"Kami juga bersyukur, Prof Dr Nadirsyah Hosen, dosen Monash University Australia yang juga Rais Syuriyah PCI-NU Australia dan New Zealand, berkenan untuk sharing bersama para alumni, sehingga memperkaya wacana dan wawasan teman-teman IKSAB," jelas H Nur Said.
Sementara itu, Rois Syuriyah PCINU Australia-New Zealand Nadirsyah Hosen mengatakan, kemajuan Islam di masa lalu adalah dengan adanya ciri kemajuan dibidang sains. Hal ini merupakan bagian dari kemajuan dan keemasan di masa lampau dalam sejarah keilmuan Islam.
“Beberapa ilmuan Islam lahir ditengah kemajuan zaman yang sampai saat ini menjadi rujukan, seperti Ibn Sina dan Ibn Ryusd, keduanya memiliki background yang sangat luar biasa,” ujarnya.