Home Ekonomi Petani Karet di Jambi Tagih Janji Kementerian PUPR

Petani Karet di Jambi Tagih Janji Kementerian PUPR

Jambi, Gatra.com – Petani karet di Provinsi Jambi menagih janji Kementerian PUPR yang akan membeli 12.500 ton karet petani yang terdampak pandemi Covid-19 dengan anggaran sebesar Rp100 miliar.

"Petani sangat menanti janji itu. Karena selama ini pemerintah dinilai bersikap abai untuk mengubah nasib petani di negeri ini. Dari tahun ke tahun kehidupan petani tak banyak berubah," kata Ketua HKTI Provinsi Jambi, H. Usman Ermulan, Sabtu (6/6).

Usman mengaku, karet yang rencanya akan dibeli oleh kementrian PUPR akan digunakan untuk campuran aspal. Selain campuran aspal,

Menurut Usman, sejatinya pemerintah bisa mendirikan industri hilir karet sebagai langkah strategis untuk menyerap karet rakyat semaksimal mungkin, agar harganya bisa terdongkrak naik. 

"Supaya lebih banyak produk dalam negeri dari bahan baku karet. Pemerintah tak terpaku kepada pabrik crumb rubber dan pasar global," kata Usman.

Eks Bupati Tanjab Barat dua periode ini menambahkan, jatuhnya harga yang diterima petani selama ini dipengaruhi rantai pasar yang sangat panjang.

Bahkan ia menyebutkan, selisih harga mencapai 160 persen dari harga yang ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan karet kering atau KK 100 persen. Rata-rata harga yang diterima petani berkisar Rp3.500 sampai Rp4.000 perkilogram.

"Kalau tidak percaya silahkan turun ke lapangan. Sungguh miris penduduk miskin mayoritasnya adalah petani. Indonesia memiliki jumlah produksi mencapai 2,175 juta metrik ton dengan luas mencapai 3,5 juta hektare. Terbanyak ada di Pulau Sumatera tapi konsumsi untuk dalam negerinya sangat jauh," kata Usman.

Sementara itu, di tengah pandemi Covid-19, Usman meminta pemerintah meningkatan sosialisasi lebih masif kepada petani tentang bahayanya virus corona dan new normal yang akan diterapkan.

Sosialisasi ini merupakan hal penting dalam upaya mencegah penyebaran virus corona. Petani sebagai ujung tombak dalam menjaga ketahanan pangan agar tercapai peningkatan produksi hasil pertanian nasional. 

"70 persen masyarakat Jambi masih menggantungkan kehidupan sebagai petani. Dan, paling banyak merupakan petani dengan usia senja. Kelompok usia muda lebih memiliki daya tahan yang lebih baik dari yang usia lanjut. Bahkan sampai kini mereka tetap berjibaku menghasilkan pangan bagi masyarakat," kata Usman.

Zaza (40), petani di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari, Jambi mengeluhkan kondisi ini membuat petani lesu karena kekurangan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Ditambah hujan dan wabah virus corona yang terjadi sekarang. Sedangkan kebutuhan keluarga makin harus tetap jalan. Sampai kapan kami bisa bertahan dari hasil karet yang rendah ini," kata Zaza.

Zaza mengaku, dalam satu hari kebun miliknya mampu menghasilkan getah karet rata-rata sepuluh kg. Jika dijual bisa menghasilkan uang Rp50 ribu. Itu belum termasuk biaya perawatan.

Menurut petani lainnya, Rosni (45) sebagian besar penduduk kecamatan Bajubang mengandalkan hidup dari bertani karet. "Meskipun hasil dari menyadap karet memang lumayan, tapi ketika dijual hasilnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga," kata Rosni.

Di Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun, Zakaria, petani dengan berat hati merelakan getah karetnya dibeli sesuai harga yang ditentukan pembeli Rp2.500 perkilonya. Jauh dibandingkan dengan harga pangan. 

"Lebaran tahun ini kami tidak dapat membeli baju baru untuk anak-anak. Jangankan itu, untuk membayar zakat fitrah saja payah. Ampun dengan kondisi ekonomi sekarang, kami rakyat miskin menjerit," kata Zakaria.

423