Slawi, Gatra.com - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Tegal, Jawa Tengah menyiapkan skenario pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di masa new normal atau kenormalan baru. Skenario tersebut akan disimulasikan terlebih dahulu.
Simulasi skenario pembukaan kembali sekolah itu rencananya akan dilaksanakan pada 15 hingga 19 Juni 2020. Simulasi akan digelar di 54 sekolah tingkat SD dan 10 sekolah tingkat SMP.
Skenario yang disusun Disdikbud itu antara lain penyemprotan disinfektan di lingkungan sekolah sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, tidak ada pedagang makanan dan minuman, pengaturan jarak meja kerja guru dan siswa, serta penyediaan tempat cuci tangan menggunakan sabun di setiap ruangan dan alat pengukur suhu badan.
Kemudian saat kegiatan belajar mengajar yang dibatasi hanya sampai pukul 10.00 WIB, siswa dan guru tetap memakai masker, siswa tetap berada di kursi sendiri saat berkomunikasi dengan siswa lain serta siswa tidak diperkenankan bergurau dengan bersentuhan fisik.
Kepala Disdikbud Kabupaten Tegal Ahmad Was'ari mengatakan, kegiatan belajar mengajar dalam skenario yang nantinya disimulasikan sudah dikurangi 50 persen per jam pelajaran. Sehingga kegiatan belajar sudah selesai pukul 10.00 WIB.
"Artinya siswa tidak ada jam istirahat. Begitu masuk kelas, jam 10 sudah selesai dan kemudian langsung pulang," kata Was'ari, Jumat (5/6).
Was'ari melanjutkan, untuk mendukung penerapan physical distancing, bagi kelas yang jumlah siswanya mencapai lebih dari 25 anak, siswa yang masuk kelas diatur bergiliran dalam dua hari. Sebagian siswa berangkat, sebagian lagi libur dan mengerjakan tugas mandiri di rumah.
"Misalnya sekolah yang satu kelas ada 30 siswa kan tidak mungkin dibuat jarak satu meter. Sehingga polanya, 15 anak berangkat hari ini, 15 anak lagi libur dan berangkat besoknya. Ketika 15 anak ini besoknya berangkat, 15 anak yang berangkat hari sebelumnya gantian libur dan diberi tugas mandiri di rumah," jelasnya.
Was'ari menyebut, pelaksanaan simulasi skenario tersebut akan dimintakan persetujuan terlebih dahulu ke bupati. Jika disetujui dan pelaksanaannya berjalan lancar, maka baru akan diterapkan pada tahun ajaran baru 2020/2021.
"Saya sudah menyiapkan peralatan. Kemudian kalau nanti bupati oke, kita laksanakan. Kalau bupati masih keberatan ya tinggal kita sampaikan kepada teman-teman untuk simulasi kita pending pada waktu yang akan ditentukan," ujarnya.
Menurut Was'ari, pihaknya juga tidak mempermasalahkan jika nantinya ada orang tua siswa yang keberatan anaknya mengikuti simulasi skenario tersebut karena khawatir dengan pandemi Covid-19.
"Kita memberikan kebebasan bagi orang tua yang khawatir. Tidak usah berangkat, tidak usah ikut. Bagi anak yang sakit, tidak usah ikut, yang penting ijin. Bagi anak yang berada di zona merah tidak usah berangkat," tandasnya.