Jakarta, Gatra.com - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa terkait dengan vaksin Covid-19, Indonesia jangan sampai memiliki ketergantungan dengan pengembangan vaksin di pihak luar negeri.
Menurutnya, dalam pengembangan vaksin Covid-19, Indonesia harus punya kemandirian. Kemandirian tersebut harus menjadi perintis pengembangan vaksin mulai dari bibit vaksin, hingga pada produksi vaksin kelak.
“Indonesia tidak boleh ketinggalan dan bergantung pada vaksin yang dibuat negara lain. Indonesia ini penduduknya 250 juta. Perkiraan awal, kebutuhan vaksin akan mencapai 300 juta ampul. Untuk memenuhi kebutuhan itu, kita bentuk tim pengembangan vaksin Covid-19 ini," kata Bambang saat Telekonferensi Daring, di Jakarta, Jumat (5/6).
Bambang juga menegaskan, pengembangan Vaksin vkan dilakukan secara paralel. Hal itu dimaksudkan agar peneliti dalam negeri mampu mengembangkan vaksin mulai dari bibit vaksin, produksi, hingga nanti penyaluran atau imunisasi secara masal.
“Disisi lain, industri farmasi seperti Biofarma dan Kalbe Farma pun sudah dalam posisi menyiapkan diri. Untuk kemudian, memproduksi vaksin sesuai kebutuhan di dalam negeri,” katanya.
Sementara itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang juga masuk dalam Tim Nasional Pengembangan Vaksin COvid-19 juga mengaku siap mengawal proses pengembangan vaksin, mulai dari awal penelitian, uji klinis, hingga nanti pada tahapan produksinya.
“BPOM siap mendukung dan mengawal, dari mulai pengembangan, uji klinis, sampai nanti proses registrasi, agar dapat digunakan ke masyarakat. Serta dapat disalurkan ke masyarakat dengan produksi vaksin yang terjamin keamanan khasiat dan mutunya,” kata Direktur Registrasi dan Obat BPOM, Lucia Rizkia Andalucia.