Pati, Gatra.com - Dibatalkannya keberangkatan ibadah haji pada tahun 2020M/1441 H oleh Kementerian Agama. Membuat calon jemaah haji (Calhaj) di Kabupaten Pati, Jawa Tengah harus menunggu dalam ketidakpastian.
Seperti yang dialami oleh Kasmani Mat Kusen (76) warga Desa Pasucen RT 03/RW 05, Kecamatan Trangkil. Ia dan istrinya Rukijah (64) harus mengandaskan cita-citanya untuk berangkat haji tahun ini, bersama 1.225 orang lainnya asal Kabupaten Pati.
Padahal guru ngaji di salah satu rumah ibadah di Desa Pasucen itu, harus menabung sejak tahun 2012 untuk bisa berangkat di tanah suci. Meski begitu, Kasmani mengaku legawa dengan keputusan pemerintah tersebut.
“Rencananya diberangkatkan pada tahun ini, berhubung ini keputusan pemerintah, kami sebagai umat muslim mendukung. Untuk apa kami ke sana kalau di sana malah sakit, kan percuma,” ujarnya saat ditemui di kediamannya, Jumat (5/6).
Pria yang kesehariannya bekerja sebagai petani ini, menuturkan sudah menyiapkan segala keperluan saat di tanah suci. Mengingat sebelumnya, direncanakan kelompok terbang (Kloter) pertama jemaah haji di tanah air dimulai pada 26 Juni 2020.
“Saat ini semua persiapan sudah siap, mulai dari kesehatan, pembinaan dan semuanya sudah siap, lebih-lebih pelunasan biaya, tinggal berangkat saja,” jelasnya.
Ia pun hanya bisa pasrah dan berharap bisa berangkat haji pada tahun depan. “Harapannya semoga bisa diberikan usia yang lebih oleh Allah hingga bisa berangkat besok kalau sudah bisa,” ungkapnya.
Dalam pandangan yang sama, Nakhrowi (80) warga Desa Kajar, Kecamatan Trangkil mengatakan, hanya bisa pasrah dengan keputusan pemerintah Indonesia. Apalagi pemerintah Arab Saudi juga belum memberikan sinyal kepastian.
“Ya menyadari karena keadaan kan lagi seperti ini. Pemerintah juga sudah memberikan penjelasan, sehingga kami sadar,” bebernya.
Disinggung tentang refund biaya yang sudah disetorkan, petani itu mengaku tidak tertarik untuk menariknya dan kekeh untuk menunggu diberangkatkan jika sudah tiba waktunya.