Home Internasional Amerika Latin Episentrum Baru Covid-19

Amerika Latin Episentrum Baru Covid-19

Berbulan-bulan menjadi penonton, Amerika Latin kini menjadi episentrum wabah Covid-19. Ketika wabah belum terkendali sejumlah negara mulai menghapus karantina wilayah demi pemulihan ekonomi


Republik Federatif Brasil kian dalam terseret pusaran virus SARS-CoV2. Ribuan orang tumbang setiap hari. Sekitar 20% warga Brasil yang terkonfirmasi ada di Sao Paulo. Dan dalam situasi yang masih mencekam, Wali Kota Sao Paulo, Bruno Covas, mengumumkan akan mengijzinkan beberapa sektor bisnis untuk kembali beroperasi dengan syarat dan ketentuan yang ditetapkan pemerintah. Keputusan Covas diumumkan sehari setelah pemerintah pusat menerbitkan petunjuk untuk kembali membuka kota-kota di Brasil yang dikarantina.

Panduan yang diterbitkan pemerintah membagi Brasil menjadi  sekitar 20 kawasan dan memberikan nilai 1-5. Nilai 1 mengindikasikan karantina paling ketat. Nilai 5 paling longgar. Sao Paulo berada di level 2 yang mengijznkan mal, dealer mobil, toko, dan kantor buka kembali. "Jika kondisinya memburuk, kita kembali ke level 1," kata Covas pekan lalu.

Meskipun virus ini menyerbar luas di Brasil, pimpinan negeri itu masih belum satu kata dalam menentukan cara membendung penyakit ini. Presiden Jair Bolsonaro kerap menyalahkan gubernur negara bagian terkait penanganan krisis yang semakin membesar. Presiden mengkritik kebijakan gubernur yang menegakkan aturan karantina secara ketat. Sementara itu, Presiden menempatkan ekonomi sebagai prioritas pertama.

Brasil kini jadi episentrum Covid-19. Jumlah yang tertular terus meningkat hingga berada di posisi dua terbanyak di dunia setelah AS. Penanganan pemerintah yang cenderung longgar menyebabkan wabah yang awalnya hanya terbatas di kota-kota besar dan dikelompok masyarakat kaya, kini menyebar ke seluruh negeri seperti api yang tak terkendali. Data statistik Worldometers, yang terkonfirmasi positif tertular virus SARS CoV-2 sebanyak 529,405 orang dan sebanyak 30,046 orang di antaranya tewas. Total kematian meningkat di 21 dari 27 negara bagian.

***

Seperti Jair Bolsonaro, Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador juga meremehkan Covid-19. Presiden Obrador pernah menunjukkan dua jimat di depan media dan menyebutnya sebagai pelindung. Dia memang mendorong warganya tinggal dirumah yang memicu pelambatan ekonomi. Namun pengkritiknya mengatakan pesan pemerintah yang tidak tegas menyebabkan publik skeptis terhadap ancaman mematikan virus ini.

Meksiko terus mencatat rekor baru setiap hari. Sedikitnya sudah 93.000 kasus yang terkonfirmasi positif dan lebih 10.000 tewas. Sejumlah pejabat kesehatan, menurut CNN, mengaku angka aktual dilapangan pasti lebih tinggi karena pengujian yang masih sangat sedikit.

Peru yang bertindak cepat dan tegas mencegah penyebaran coronavirus juga harus menyaksikan peningkatan dramatis warganya yang terinfeksi. Peru kini menjadi negara kedua setelah Brasil dengan kasus corona tertinggi di Amerika Latin.

Meskipun pemerintah mendorong setiap orang tetap di rumah, sebagian warga dengan pendapatan rendah terpaksa keluar rumah untuk mendapatkan pekerjaan penyambung hidup.

Salah satu kawasan yang mengalami lonjakan signifikan ada di La Victoria, distrik di Lima, ibukota Peru. Walikota George Forsyth mengatakan salah satu masalah utama di wilayahnya adalh ekonomi informal. Pasar Gamarra di La Victoria adalah pusat tekstil terbesar di Amerika Latin dan sebagian besar pekerja disana adalah buruh harian. Diperkirakan 70 persen warga Peru bekerja di sektor informal.

Lonjakan kasus baru juga terjadi di Cile. Hingga Selasa, 2 Juni lalu, negara tetangga Peru itu melaporkan 105.158 kasus terkonfirmasi.

Jumlah kematian akibat Covid-19 di negara-negara Amerika Selatan menyumbangkan 40% dari total kematian dunia pada pekan lalu.Brazil, Peru, Cile, Meksiko melaporkan lebih dari 10.000 kasus baru per hari yang mengancam kemampuan sistem perawatan kesehatan di negara-negara itu.

***

Selama berbulan-bulan, Amerika Latin menjadi penonton ketika seluruh dunia menderita akibat penyebaran virus corona. Kini mereka tidak lagi menjadi penonton. Entah bagaimana caranya virus yang berasal dari Cina bisa menempuh setengah dunia dan hinggap di halaman rumah mereka. Seperti api menunggang angin virus corona menyebar cepat ke puluhan negara dikawasan itu. "Tempat ini sudah menjadi episentrum baru," kata Dr. Marcos Espinal, direktur penyakit menular di Pan American Health Organization, seperti dilaporkan CNN.

Sedikitnya sudah 1 juta kasus yang terkonfirmasi dan lebih dari 50.000 kematian di 33 negara di Amerika Latin. Kawasan ini berada di jalur cepat penularan saat AS, Eropa dan Asia melambat.

Salah satu faktor penyebab kawasan itu menjadi episentrum baru adalah kesenjangan ekonomi rakyatnya. Menurut data World Economic Forum, sekitar 55% angkatan kerja Amerika Latin bekerja di sektor informal. Jumlahnya mencapai 140 juta orang. Mereka mendapat penghasilan harian. Harus keluar setiap hari. "Sulit bagi pemerintah untuk menjaga agar mereka tetap berada di rumah, karena orang-orang ini harus keluar untuk bisa bertahan hidup," kata Carlos Malamud, senior analis di Elcano Royal Institute, Spanyol, kepada CNN. Pemerintah memang menyiapkan subsidi, tapi tidak bisa memberikan dukungan seperti yang diharapkan.

Faktor lainnya, kesenjangan pendapatan di kota-kota besar Amerika Latin menyebabkan sebagian warganya sulit mendapat akses tempat tinggal. Jutaan orang berjejalan di permukiman kumuh (flavela). dan sebuah keluarga harus berbagi satu atau dua kamar.

Pemerintah mereka juga lalai menginvestasikan lebih banyak dana untuk membangun daya dukung layanan kesehatan publik. Pan American Health Organization (PAHO) mengatakan, sebagian besar negara di kawasan ini berinvestasi kurang dari 6% PDB seperti yang direkomendasikan untuk kesehatan masyarakat. PAHO meyakini, wabah akan berlanjut pada level saat ini hingga beberapa minggu ke depan.

Negara-negara Amerika Latin menunjukkan tidak mudah untuk mengejar dua kelinci; membendung wabah sekaligus mendorong recovery ekonomi.

Rosyid

Jumlah korban coronavirus yang terkonfirmas di Amerika Latin

brasil 526447

Peru 170039

Chile 105158

Mexico 93435

Ecuador 39994

Colombia 29384

republik dominika 17572

Argentina 17415

Sumber: John Hopkins University per 2 Juni 2020