Batam, Gatra.com - Puluhan masyarakat nelayan tradisional di Kecamatan Belakangpadang, Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri) melakukan aksi protes atas insiden 2 unit kapal kandas di perairan Pulau Sambu, Batam, Minggu (31/5). Para nelayan yang tergabung dalam Persatuan Nelayan Tangkap Hiterlend (Pelantar) ini, menilai penanganan kapal jenis kargo yang melintang di area tempat mencari ikan mereka sangat lambat.
Ketua Pelantar Belakangpadang, Batam, Bahrum Ali, mengatakan, kapal kandas ini sangat merugikan nelayan tradisional. Mengingat kejadian ini bukan yang pertama, bahkan di lokasi sekitar kejadian kapal kandas tersebut, telah terpasang lampu suar yang menandakan perairan itu dangkal dan terlihat hamparan batu karang.
"Masyarakat nelayan kali ini merasa sangat dirugikan. Pasalnya, pada bulan Juni, biasanya para nelayan melakukan aktivitas memancing sotong dan bubu kepiting di lokasi tersebut yang merupakan siklus tahunan," ujarnya saat ditemui Gatra.com di Belakangpadang, Batam..
Adanya kapal kandas ini, maka otomatis nelayan tradisional tidak bisa melaut di lokasi yang potensial itu dan terpaksa harus pergi lebih jauh ke tengah laut untuk mencari hasil tangkapan yang maksimal dengan alat tangkap tradisional.
Menurutnya, para nelayan umumnya mengeluh akibat insiden tersebut. Kondisi ekonomi nelayan teradisional di pulau perbatasan negara ini diperparah dengan mewabahnya coronavirus disease 2019 (Covid)-19 yang memaksa mereka untuk tetap di rumah tanpa ada pundi-pundi dari penghasilan lain.
Pihaknya berharap kepada pemerintah setempat dan instansi terkait untuk mencari jalan keluar untuk dapat meringankan beban masyarakat nelayan tradisional.
"Kami akan mengadu nasib kami kepada Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Batam untuk membantu menjembatani kepada pihak perusahaan kapal itu yang diketahui memikiki perwakikan di Batam," ujarnya.
Sebab, lanjut dia, kandasnya kapal tersebut membuat mata pencarian masyarakat nelayan tradisional di Kecamatan Belakangpadang, Batam, menjadi terganggu, ekonomi nelayan yang mengandalkan alat tangkap tradisional ini juga terus memburuk.
Sebelumnya, dua unit kapal jenis cargo yang diketahui dengan nama lambung MV Shahraz dan MV Samudra Sakti 1 yang sedang melintasi perairan Selat Philip, perbatasan antara Singapura dan Indonesia, kandas dan menabrak hamparan batu karang di Batu Berantai, Pulau Sambu, Kota Batam, Kepulauan (Kepri), Senin (11/5) lalu.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) kelas A Tanjungpinang, Mu'min Maulana, mengatakan, penyebab awal kandasnya kedua kapal tersebut diketahui akibat cuaca buruk.
Seluruh crew kapal dinyatakan selamat dan proses evakuasi terus dilakukan, mengingat dua kapal itu sedang berlayar mengangkut ratusan kontainer. Kapal membentur batu karang sangat keras, sehingga mengalami kerusakan cukup parah.
Kapal Sharaz yang merupakan jenis super kargo dengan IMO 9349576 dan MMSI 422031500 diketahui berbendera Iran. Kapal ini juga, tercatat memiliki data callsign EPBR2, Length/Beam 300/40 m serta current draught 14.6 m.
Sedengkan kapal satunya, yakni MV Samudra Sakti 1 yang juga kapal jenis kargo dengan IMO 9238258, MMSI 525500108, Callsign YCUW2, Length/Beam 151/26 m serta Current draught 5.4 m, diketahui berbendera Indonesia.
Namun hingga kini, pihak KSOP Batam dan instansi terkait belum bersedia memberi keterangan resmi terkait insiden kapal kandas yang sering terjadi di sekitar lokasi itu.