Jakarta, Gatra.com - Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Wamendes PDTT), Budi Arie Setiadi, mengatakan, sebanyak 13 ribu desa di Tanah Air belum memiliki akses internet. Ini menjadi tantangan agar desa bisa ambil bagian dalam era kenormalan baru (new normal) di tengah pandemi coronavirus disease 2019 (Covid)-19.
Budi Arie dalam webinar bertajuk "Digitalisasi BUMDes Menuju New Normal Ekonomi Indonesia, Rabu (27/5), menyampaikan, belum adanya jaringan internet membuat pemberdayaan ekonomi di perdesaan sulit dilakukan.
"Jaringan internet menjadi penting untuk mendorong desa ke arah kemajuan. Bagaimana kehidupan new normal bisa berlangsung baik jika masih banyak desa tidak memiliki akses internet?" ujarnya.
Menurut Budi Arie, jaringan internet sangat penting bagi desa dalam menuju era digital marketing, khususnya dalam ekosistem ekonomi digital seperti yang terjadi di era kenormalan baru saat pandemi Covid-19 ini.
Karena itu, ujar Budi dalam keterangan pers, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) harus melakukan terobosan baru agar perekonomian di perdesaan bisa bergerak bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik, namun juga pasar mancanegara.
"Saya selalu sampaikan dalam setiap forum bahwa bangsa Indonesia memiliki 3 keunggulan, kompetitif atau kita sebut absolute competitive advantage kita sebagai bangsa. Ketiga sektor itu, pertanian, perikanan, dan pariwisata. Semuanya ada di desa, " katanya.
Menurut Budi Arie, ketiga sektor tersebut merupakan kekuatan utama bangsa Indonesia. Bangsa ini harus konsentrasi penuh untuk pengembangan ketiga sektor tersebut, bukan hanya sekadar mengelola dan memproduksi. Tapi juga bagaimana dapat memberikan nilai tambah bagi kemajuan ekonomi dengan pengemasan dan pemasaran yang baik .
"Jadi, Indonesia yang punya 74.954 desa ini bisa digarap potensinya dengan pendekatan kreatif untuk dikembangkan potensinya," ujar Budi Arie.
Ada 3 unsur kegiatan utama ekonomi, lanjut Budi Arie, yakni produksi, distribusi, dan konsumsi. Seiring dengan maraknya e-commerce, ia mengimbau agar jangan sampai masyarakat desa hanya menjadi konsumen.
"Desa jangan sebagai konsumen saja. Karena pelajaran kita dari e-commerce yang melanda Indonesia saat ini, kemajuan yang begitu pesat dalam 3-5 tahun ini, ternyata barang-barang impor lebih banyak masuk ke dalam sistem perekonomian Indonesia. Hampir 93% barang-barang e-commerce itu adalah barang-barang impor," ungkapnya.
Budi Arie menyambut baik keterlibatan semua pihak dalam mengembangkan BUMDes. "Saya berharap mudah-mudahan teman-teman yang punya inisiatif, kreativitas, punya inovasi, dapat membantu BUMDes-nya agar bisa berkembang dan maju."
Menurutnya, meskipun kita tahu bahwa kondisi BUMDes saat ini memang masih banyak persoalan yang harus kita tangani, namun optimistis akan berkembang melalui sentuhan anak muda yang paham teknologi dan marketing.
"Salah satu persoalan adalah berkurangnya anak muda yang tinggal di desa. Digital marketring ini penting karena itu desa harus memiliki akses ke teknologi. Karena dunia digital adalah dunia tanpa batas," katanya.