Cilacap, Gatra.com – Banjir rob yang melanda tujuh kecamatan di Kabupaten Cilacap merusak ribuan tanaman padi dengan berbagai umur tanam. Salah satunya di kawasan Rawabarat, Kecamatan Patimuan. Di kawasan pertanian ini, sedikitnya 700 hektare tanaman padi rusak.
Ketua Kelompok Tani di Desa Rawaapu, Ahdin mengatakan banjir rob telah merendam padi sebanyak tiga kali mulai Senin, 25 Mei 2020. Secara berturut-turut air, tiga hari terakhir laut pasang dan merendam ratusan hektare sawah. “Ya kondisinya, sekarang sih sedang terendam, sudah tiga hari dengan tadi,” katanya, Rabu malam (27/5).
Kata dia, umur padi di kawasan Rawabarat bervariasi antara 20 hari setelah tanam hingga padi yang sudah sudah berbuah. Beberapa lainnya bulir padi sudah mulai terisi. Akan tetapi, lantaran rendaman air asin tiga hari berturut-turut, tanaman padi semua umur akan mati. Terlebih, beberapa hari terakhir tak turun hujan untuk meluruhkan air asin yang menempel di tanaman padi.
Padahal, informasi yang diperolehnya banjir rob masih belum berakhir. Diperkirakan banjir rob baru akan berhenti pada awal pekan depan. “Biasanya, kalau terendam, beberapa hari terus tuntas, kemudian turun hujan itu bisa selamat. Tapi kalau terendam terus tidak hujan ya sudah (mati). Semuanya, ya ratusan. Seluruh Rawabarat saja, itu 700 hektare,” ucapnya.
Sementara, Kepala Pelaksana Haria Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Tri Komara Sidhy mengatakan banjir rob terjadi di tujuh kecamatan Cilacap. Sebanyak 3.500 rumah terendam akibat banjir rob ini.
Komara menambahkan, selain merendam permukiman penduduk, gelombang pasang juga merusak tanggul penahan gelombang tinggi di kawasan pesisir dan kawasan Laguna Segara Anakan. Selain itu, banjir rob juga merusak ribuan lahan pertanian dan tambak ikan dan udang. BPBD masih mendata dampak dan kerugian akibat banjir rob ini.