Jakarta, Gatra.com – Konsep kenormalan baru atau “New Normal” ramai menjadi pembahasan setelah menguapnya wabah corona atau Covid-19. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ditetapkan pemerintah sejak dua bulan terakhir perlahan akan bergeser pada kebijakan baru yang disebut New Normal.
Menkopolhukam Mahfud MD mengatakan kenormalan baru merupakan fase yang tidak bisa dihindari dalam realitas kehidupan bermasyarakat. Terlebih pandemi corona, berdasarkan fakta WHO, akan berlangsung dalam kurun waktu panjang seiring kehidupan manusia, membuat masyarakat mesti memiliki paradigma “hidup berdampingan dengan corona”.
“Istilah sekarang New Normal, membuat kenormalan baru, karena kebiasaan itu sesuatu yang tidak bisa dihindari-- bukan berarti mengurung diri,” ucap Mahfud saat memberikan tausiah keagamaan daring dalam Acara Halalbihalal Tahunan Universitas Sebelas Maret (UNS) pada Selasa (26/5).
Mantan Ketua Mahkamah Konsitusi (MK) itu mengatakan opsi New Normal diambil agar masyarakat tidak menghentikan aktivitasnya secara penuh dan dicekam rasa takut. Masyarakat diminta menjalankan rutinitas seperti biasa namun tetap melakukan pembatasan sosial untuk menekan penularan corona.
“Menurut WHO tidak akan habis corona itu. Makanya sekarang orang-orang yang tadinya lockdown mengadakan relaksasi, masak begini terus?. Lantas muncul kritik relaksasi itu bahaya, muncul istilah pengurungan pembatasan dan New Normal. Kita enggak bisa menaklukkan corona, maka kita hidup [berdampingan] dengan corona,” katanya.
Dalam fase New Normal, masyarakat akan memulai kebiasaan baru yang memprioritaskan kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, serta rajin mencuci tangan. Ia sempat berkelakar dengan menyebut corona sebagai istri yang sulit ditaklukkan. “Saya kemarin mendapat meme dari Pak Luhut Panjaitan itu begini. Corona is like your wife. You try to control it, then you realize that you can’t. Then you learn to live with it,” ujarnya.
Mahfud mengatakan berdamai dengan corona, bukan berarti pemerintah menyerah. Namun segala upaya telah dilakukan, hanya saja pandemi ini bukan “wabah ringan” yang lekas hilang begitu saja. “Corona itu seperti istrimu, ketika kamu mau mengawini kamu berpikir kamu bisa menaklukkan dia. Tapi sesudah menjadi istrimu, kamu tidak bisa menaklukkan istrimu. Sesudah itu you learn with it. Ya sudah begitu,” tandasnya.