Denpasar, Gatra.com – Sebelum wabah virus Corona melanda Indonesia, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sudah marak terlebih dahulu bahkan meningkat jika dibandingkan pada periode waktu yang sama tahun-tahun sebelumnya di Bali.
Peningkatan kasus DBD di Bali telah terlihat sejak Januari 2020. Kondisi ini di terjadi hampir di seluruh kabupaten dan kota. Kabupaten dengan jumlah kasus paling tinggi dalam empat bulan terakhir, sepanjang Januari sampai April, yakni Kabupaten Buleleng.
Baca Juga: 7 Korban Meninggal DBD, Walikota Serukan PSN Seluruh Wilayah
Jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, peningkatan kasus di masing-masing kabupaten dan kota di Bali bervariasi. "Untuk peningkatan kasus sampai saat ini ada dua kali lipat dan bahkan hampir tiga kali lipatnya,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya di Denpasar, Bali, Minggu,(24/5).
Dia menjelaskan, DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti sebagai vektornya. Penyakit DBD blum ada obat maupun vaksinnya. Maka, satu-satunya jalan untuk mengendalikan penyakit ini adalah, dengan mengendalikan kepadatan vektornya yaitu, nyamuk aedes aegypti.
Agar bisa mengendalikan kepadatan nyamuk tentu diperlukan peran serta dan kepedulian seluruh masyarakat, karena nyamuk ini dapat berkembang biak, baik di dalam maupun di luar rumah. Kalau hanya mengandalkan fogging dinilai tidak efektif dan efisien, karena hanya bisa membunuh nyamuk dewasa yang ada pada saat fogging saja.
Baca Juga: Awas! Di Tengah Pandemi, Penyakit Chikungunya Mulai Merebak
"Kita mengetahui nyamuk ini sekali bertelur bisa menaruh telurnya di tempat yang ada air,” sebut dia. Dalam satu penampungan air, nyamuk aedes aegypti bisa menetaskan telur sebanyak 100 sampai 200. Selama periode hidupnya, nyamuk ini bisa bertelur sampai 4 atau 5 kali, setelah itu dia akan mati dengan sendirinya.
Maka dari itu, kegiatan pengendalian paling efektif dan efisien untuk dilakukan adalah dengan gerakan Pemberantasan sarang Nyamuk (PSN) dengan 3 M plus yaitu: menutup tempat-tempat yang dapat menampung air, menguras dan membersihkan tempat-tempat penampungan air, serta mendaur ulang benda-benda yang dapat menampung air.
Sedangkan untuk poin Plus yakni menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan repelan (misalnya lotion anti-nyamuk), memasang kawat kasa, pembubuhan bubuk Abate, menebar ikan pemakan jentik, dan sebagainya.
“Kegiatan ini jika dilakukan secara berkala dan terus-menerus, maka pengendalian populasi nyamuk pasti bisa dilakukan. Sehinga kasus dapat ditekan bahkan bisa dihilangkan. Tentu dalam hal ini butuh peran serta, dan kepedulian seluruh masyarakat," tutup Suarjaya.