Lombok Barat, Gatra.com - Pemerintah Kabupaten Lombok Barat (Lobar), Nusa Tenggara Barat (NTB) meniadakan event tradisi “Lebaran Topat” atau lebaran ketupat yang biasanya digelar setiap sepekan setelah ditunaikannnya puasa Sunnah syawal. Lebaran Topat ini ditiadakan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Kabupaten Lombok Barat.

Bupati Lombok Barat, H Fauzan Khalid mengungkapkan, pemda bersama Kapolres Lobar dan Kapolresta Mataram telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Bersama terkait diterapkannya pembatasan perayaan Lebaran Topat di sejumlah lokasi di Lobar. 

“Kita juga mengingatkan seluruh kepala desa, pengelola tempat wisata, dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) untuk menutup tempat-tempat wisata yang ada selama pandemi. Masyarakat dan pelaku wisata juga diminta memantau tempat-tempat wisata agar tidak melaksanakan aktivitas wisata selama pandemi Covid-19,” ujarnya di Gerung, Lombok Barat, Kamis (21/5).

Kepala Dinas Pariwisata Lobar Syaiful Akhkam mengaku prihatin atas tidak terselenggaranya even wajib Lebaran Topat ini. Namun demikian menurutnya semua pihak harus membantu mencegah dan menanggulangi penyebaran Covid-19 ini agar cepat berahir.

“Jadi yang paling baik kita ikuti saja anjuran pemerintah,” ujar Akhkam.

Budayawan Lombok Sahnan mengatakan, Lebaran Topat menjadi tradisi wajib setiap tahunnya bagi masyarakat Lombok. Lebaran Topat dijadikan sebagai media bersyukur atas rahmat yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa atas kesehatan yang diberikan dalam selama menjalankan ibadah puasa ramadan, dan menyudahi puasa Sunnah syawal selama seminggu.

“Masyarakat Lombok saat itu memanfaatkannya untuk melakukan ziarah makam kepada para wali penyebar agama Islam di Lombok ataupun bersilaturrahmi ke rumah keluarga ataupun para kerabat lainnya. Rasa syukur juga ditunjukkan dengan melakukan rekreasi massal ke sejumlah obyek wisata khususnya di sepanjang pantai se Pulau Lombok,” katanya kepada Gatra.com.