Jakarta, Gatra.com - Berdasarkan hasil survei yang diinisiasi oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI), Para guru memberi nilai C atau biasa saja terhadap kinerja Kementerian Pendidiikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di bawah komando Mendikbud Nadiem Makarim dalam kurang lebih 7 bulan menjabat.
Dijelaskan Ketua Umum IGI, Muhammad Ramli Rahim, Survey Kinerja Kemdikbud dalam Persepsi Guru oleh IGI diikuti oleh 336 Responden tuntas, dan dilaksanakan dalam dua hari, 18-19 Mei 2020. Metodenya, IGI memilih 380 guru pada usia 25-60 tahun yang tersebar pada 34 Provinsi di Indonesia.
Dari sisi komunikasi kemendikbud ditangan Nadiem Makarim dengan para guru dan masyarakat. Hasilnya 54,2% responden menganggap kemampuan Kemendikbud hanya mendapat nilai C atau biasa saja. Meskipun demikian sudah ada 23,2 % yang memberikan nilai B atau menganggap komunikasi Kemdikbud sudah baik dan hanya 6,5% yang memberikan nilai A atau sangat baik.
"Kemungkinan besar buruknya komunikasi Kemdikbud ini terjadi karena di semester pertama kemdikbud, hampir semua jajaran eselon 1 berstatus Plt dan irit bicara, sementara Nadiem berbeda dengan menteri sebelumnya, Nadiem termasuk yang sulit dikontak langsung termasuk oleh organisasi-organisasi guru, ini berbeda dengan menteri-menteri sebelumnya," kata Ramli, Kamis (21/5).
Nilai yang sama pun muncul dari hasil survei terkait dengan kolaborasi Kemendikbud. sebanyak 58% responden memberikan nilai C atau menganggap kemampuan kemdikbud membangun kolaborasi di semester pertama biasa-biasa saja, sementara 13,7% memberikan nilai D atau kemampuan Kemdikbud membangun kolaborasi masih belum baik dan parahnya ada 4,8% memberikan nilai E dan yang menyatakan bahwa kemampuan kemdikbud membangun kolaborasi masih buruk.
Meskipun demikian berita baiknya bahwa sudah ada 18,2% responden memberikan nilai B atau menyatakan sudah baik tapi hanya 5,4% memberikan nilai A atau menyatakan sangat baik.
"Minimnya kolaborasi Kemendikbud dengan berbagai institusi dalam mengatasi problem pembelajaran di tengah Covid-=19 ini mungkin menjadi penyebab responden menganggap kemdikbud biasa-biasa saja. Bahkan Kemendikbud dianggap berlepas tangan dengan menyerahkan proses belajar kepadad layanan pendidikan berbayar diawal-awal pandemi," jelas Ramli
Ketiga, dalam kemampuan berpikir kritis dan kemampuan menyelesaikan masalah. Berdasarkan survei Kemendikbud juga mendapatkan nilai mayoritas C dengan jumlah persentase sebanyak 53,3 persen.
Kata Ramli. kalangan guru ini menganggap kemampuan Kemedikbud berpikir kritis atas segala masalah masih biasa-biasa saja, tak ada yang istimewa, Merdeka Belajar belum tampak akan seperti apa wujudnya. Bahkan dimasa pandemi justru seperti hilang tertelan wabah. Sedihnya karena masih ada 19,9% yang menganggap Kemdikbud belum mampu berpikir kritis. "Bahkan 3,9% responden menganggap critical thinking kemdikbud buruk," tutur Ramli.
Selanjutnya pada kemampuan Kemendikbud menyelesaikan masalah atau problem solving, 50,9% responden menganggap kemampuan kemdikbud biasa-biasa saja dalam memberikan solusi atas masalah pendidikan dan masalah Covid-19 dalam dunia pendidikan dan cenderung lebih banyak berlepas tangan.
Bagian keempat, yang kreativitas dan inovasi, SResponden mayoritas memberikan nilai C yaitu sebesar 52,4% dan menganggap kreativitas kemdikbud di semester pertama biasa-biasa saja. Pada pertanyaan terakhir terkait Inovasi yang dilakukan Kemdikbud tampak jelas bahwa kemdikbud dengan rentetan episode merdeka-merdekanya masih dinilai "biasa saja" oleh responden dengan memberikan nilai C, terlihat ada 47,9% yang memberikan nilai C.
Dijelaskan Ramli, dari berbagai poin survei tersebut, secara keseluruhan tampak bahwa guru-guru Indonesia yang tersebar di 34 Provinsi di Indonesia masih memberikan nilai C buat semester pertama kemdikbud dipimpin oleh Nadiem Makarim dan menganggapnya biasa-biasa saja. Padahal harapan publik ke Nadiem Makarim atas menularnya sukses beliau di Gojek ke Kemdikbud sangat tinggi. "Biarlah itu menjadi penilaian awal semoga semester selanjutnya Mendikbud bisa lebih baik lagi terutama dirasakan oleh para guru yang menjadi tulang punggung pendidikan," pungkasnya.