Jakarta, Gatra.com - Bio Farma sebagai induk holding BUMN Farmasi baru-baru ini meluncurkan produk lifescience berupa Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Peluncuran itu diresmikan langsung oleh Presiden RI, Joko Widodo dalam acara “Kebangkitan Inovasi Nasional untuk Melawan Covid-19”, yang dihadiri oleh Menteri Riset dan Teknologi/Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro dan jajaran Menteri Kabinet Indonesia Maju.
Selain RT-PCR produksi Bio Farma, dalam acara peringatan Hari Kebangkitan Nasional itu, juga diluncurkan delapan (8) produk lainnya yang akan dimanfaatkan sebagai instrumen melawan pandemi Covid-19 di tanah air. Semua produk hasil karya anak bangsa itu merupakan kolaborasi triplex helix antara pemerintah, industri, dan dunia pendidikan.
RT-PCR yang dibikin Bio Farma dibuat dalam nuansa gotong royong lewat Gerakan Indonesia Pasti Bisa. Gerakan itu diinisiasi oleh Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan Covid-19 (TFRIC19) Sub Group Task Force Rapid Test Diagnosis berbasis quantitative polymerase chain reaction (qPCR) yang dimotori Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Dalam sambutannya, presiden menyampaikan saat ini dunia sedang beradu cepat dalam menangani wabah Covid-19, dan produk inovasi tersebut merupakah karya konkrit yang bermanfaat. “Hari ini merupakan momentum baru bagi kebangkitan bangsa kita, dan kebangkitan sains dan teknologi khususnya dalam bidang kesehatan”, ujar Jokowi dalam peluncuran secara virtual, Rabu, 20 Mei 2020.
Menristek/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Brodjonegoro, mengatakan dalam keadaan wabah pandemi Covid-19, pihaknya ingin menjadi bagian dari solusi penanganan wabah corona. Kemenristek/BRIN, terang Bambang, telah membentuk konsorsium riset yang beranggotakan kementerian, lembaga pemerintah, perguruan tinggi, dan industri.
“Saya berharap produk-produk riset dan inovasi yang hari ini diluncurkan dapat menandai kebangkitan inovasi Indonesia. Sebagai kordinator Riset dan Inovasi Nasional, Kemeristek/BRIN selalu mendorong berbagai lahirnya inovasi bangsa Indonesia yang memberikan dampak yang luas bagi masyarakat,” ujar Bambang.
Dirinya menambahkan kegiatan dalam konsorsium riset Covid-19 berkaitan dengan empat (4) aspek penelitian, yakni: pencegahan, screening dan diagnosis, pengembangan obat dan terapi, serta pengembangan alat kesehatan dan alat pendukungnya.
Direktur Pemasaran, Penelitian dan Pengembangan I Bio Farma, Sri Harsi Teteki mengatakan Produk Bio Farma berupa RT-PCR kit masuk dalam kategori screening dan diagnosis, yang memiliki fungsi mendeteksi virus Sars Cov2, yang menjadi pemicu Covid-19. Peralatan itu merupakan gold standar dalam pemeriksaan Covid-19.
Sri menyebutkan Bio Farma tergabung dalam Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan COVID-19 sub Group Task Force Rapid Test Diagnosis berbasis qPCR bersama Nusantics dan BPPT serta mendapat dukungan dari Gerakan Indonesia Pasti Bisa.
“Tugas dari Bio Farma adalah untuk melakukan validasi, regristrasi, produksi dan juga distribusi. produk ini merupakan hilirisasi dari peneltian yang merupakan hasil kolaborasi dan inovasi, dan pada tanggal 5 Mei 2020, sudah mendapatkan Nomor Izin Edar dari Kementerian Kesehatan,” ujar Sri Harsi dalam keterangan yang diterima Gatra.com, Kamis (21/5).
Untuk tahap awal, RT-PCR akan diproduksi sebanyak 100 ribu kit sampai akhir Mei 2020. Jumlah tersebut akan didonasikan kepada BNPB untuk didistribusikan kepada 45 laboratorium yang ada di seluruh Indonesia. Setelah pendonasian selesai, maka akan dilanjutkan dengan tahap komersialisasi.
Hingga saat ini terdapat 16 lab yang menerima donasi dari Bio Farma. Pemberian donasi berdasarkan rekomendasi yang diberikan BNPB dan Kementerian Kesehatan dengan melihat peta epidemiologi dan prinsip 3T (Tepat Laboratorium, Tepat Jumlah dan Tepat Waktu).
Keunggulan yang dimiliki dari RT PCR adalah memiliki spesifiksitas atau akurasi yang tinggi hampir 100% untuk mendeteksi Covid-19. Desainnya juga disesuaikan dengan target gen sequence virus yang ada Indonesia. Keunggulan kedua, RT PCR didesain untuk open system PCR sehingga bisa digunakan di mesin PCR manapun.
Keunggulan berikutnya sudah menerapkan GDP (Good Distribution Process) sesuai rekomendasi dari WHO dimana dalam pengantaran suhunya mengikuti prinsip sistem rantai dingin (cold chain system) seperti distribusi vaksin pada umumnya. Terakhir yang tidak kalah penting harga yang ditawarkan saat komersialisasi lebih terjangkau.