Home Internasional Misi Cina Tantang Airbus dan Boeing

Misi Cina Tantang Airbus dan Boeing

Cina memproduksi pesawat komersial terbaru, C919. Diyakini bisa menggantikan Airbus A320 atau Boeing 737. Targetnya menjangkau pasar Afrika.


Kabinet Donald Trump, pada Selasa, 7 April lalu, menerbitkan izin bagi pabrikan General Electric untuk menyediakan mesin yang dibutuhkan Cina dalam memproduksi pesawat komersial terbesar mereka, C919. Pesawat itu diproduksi oleh Commercial Aircraft Corp of China Ltd (COMAC).

Awal tahun ini, Amerika Serikat mempertimbangkan menolak permintaan lisensi terbaru GE menyediakan mesin CFM LEAP-1C untuk jet COMAC berbadan sempit, yang diperkirakan mulai beroperasi tahun depan. Namun pada Februari, Trump melakukan intervensi.

Ia mendorong proposal dari pabrikan AS yang akan mencegah perusahaan negara lain memasok mesin jet dan komponen lainnya ke industri penerbangan Cina. "Saya ingin Cina membeli mesin jet kami, yang terbaik di dunia," twit Trump pada 18 Februari 2020 lalu.

GE telah menerima lisensi untuk mesin LEAP sejak 2014 dan terakhir diberikan pada Maret 2019, ketika pesawat C919 dikembangkan dan mulai terlibat dalam penerbangan uji coba. Lisensi semacam itu biasanya berlaku selama empat tahun dengan kuantitas dan nilai yang ditentukan, menurut seorang narasumber yang paham masalah tersebut, tetapi menolak diungkapkan identitasnya.

Mesin yang akan dikirim ke Cina ini, merupakan perusahaan patungan antara GE dan Safran Aircraft Engine Prancis. "Kami menerima pemberitahuan bahwa GE Aviation memiliki persetujuan lisensi untuk engine C919," kata Juru Bicara GE, seperti dilaporkan Reuters. Safran mengonfirmasi, GE menerima persetujuan lisensi, sedangkan COMAC tidak memberi komentar.

Persetujuan lisensi datang ketika pejabat AS telah sepakat maju mendesak dengan langkah-langkah baru untuk mengontrol ekspor teknologi tinggi ke Cina. Termasuk pula mewajibkan perusahaan asing yang menggunakan peralatan pembuat cip AS, untuk mendapatkan lisensi sebelum memasok cip tertentu ke Huawei Technologies, Cina.

 

***

 

Impian penerbangan Cina berasal dari era 1970-an, ketika istri pemimpin Mao Zedong, Jiang Qing, mendukung proyek membangun pesawat Cina sendiri. Hanya tiga tipe Y-10 yang pernah dibuat. Bobotnya yang berat, membuatnya tidak praktis.

COMAC telah mengembangkan C919 sebagian besar secara rahasia sejak 2008 dan jarang mengungkapkan target yang hendak dicapai. Pejabat perusahaan, Yang Yang, mengatakan kepada media pemerintah Cina pada September 2019 bahwa ia mengharapkan sertifikasi oleh regulator negara itu dalam dua hingga tiga tahun, tanpa memberikan perincian lebih lanjut. Pejabat COMAC lain mengatakan, mereka bertujuan mendapat sertifikasi dan pengiriman pada 2021 mendatang. Proyek ini telah menyelesaikan kurang dari seperlima dari 4.200 jam di udara yang dibutuhkan untuk persetujuan akhir oleh Administrasi Penerbangan Sipil China (CAAC).

Sejak dikenalkan ke publik dalam negeri pada 2012, Cina memang bertekad pesawat ini bisa menjadi penantang dominasi Boeing dan Airbus. Dalam helatan China International Aviation & Aerospace Exhibition/Airshow China atau yang juga dikenal dengan nama Zhuhai Airshow, COMAC mengeklaim telah memenangkan 50 pesanan untuk pesawat C919 berkapasitas 168 kursi di pameran ini saja. Dengan demikian, total pesanan yang mereka terima menjadi 380 pesawat. COMAC menargetkan produksi tahunan 150 pesawat C919 pada 2020 ini.

Cina tidak hanya ingin mengamankan pasar penerbangan domestiknya, tetapi ingin berekspansi dengan cepat ke daerah berkembang seperti Afrika. Di benua ini, Cina dapat menawarkan pesawatnya jauh lebih murah daripada Boeing atau Airbus.

Kantor Berita Prancis AFP menulis, pertumbuhan cepat ekonomi Cina menciptakan permintaan besar-besaran terhadap pesawat, karena meningkatnya pendapatan mendorong perjalanan udara. Raksasa penerbangan AS, Boeing, memperkirakan negara itu akan membutuhkan 5.260 jet komersial selama 20 tahun ke depan. Dengan industri penerbangan komersial bernilai sekitar US$2,7 triliun (dalam kondisi normal), tentu saja Cina tergiur.

Pesawat itu adalah simbol kebanggaan nasional yang akan bersaing dengan Boeing 737 dan A320 dari konsorsium Eropa, Airbus. Namun waktu yang dibutuhkan untuk mengejar ketertinggalan, mungkin memakan waktu setidaknya satu dekade, kata sejumlah pejabat industri dan analis. Tantangannya sangat berat. Selain membuat pesawat terbang, Cina juga perlu meningkatkan produksi dan membangun pasar dengan meyakinkan pembeli akan keamanan serta keandalannya, kata mereka.

Sesungguhnya, penundaan adalah hal biasa dalam program kedirgantaraan yang kompleks. Namun kemajuan lambat merupakan potensi memalukan bagi Cina, yang telah banyak berinvestasi dalam upaya serius pertamanya untuk mematahkan dominasi Boeing dan Airbus di pasar jet global.

"Tujuan Cina, yaitu dalam beberapa tahun bisa berada pada tingkat yang sama dengan pihak-pihak berbeda di seluruh dunia, tentu saja menentang Airbus dan Boeing. Mungkin hanya butuh beberapa tahun bagi Cina untuk tampil menjadi pemain sektor kedirgantaraan yang sangat penting di dunia," ucap Direktur Umum perusahaan aeronautika Spanyol Aritex, David Lopez Grange, kepada AFP.

 

***

 

Aritex, pemasok papan atas untuk Airbus, baru saja memenangkan kontrak untuk merakit kotak sayap tengah C919. Kotak ini berfungsi mengamankan sayap di badan pesawat. Meskipun COMAC mengatakan pesawat itu akan memiliki "karakteristik Cina", nyatanya bergantung pada teknologi asing untuk bagian-bagian penting dari proyek, termasuk mesin yang akan dipasok oleh usaha Perancis-Amerika, CFM International.

"Proyek ini memberikan peluang bagi Cina untuk mendapatkan teknologi tertentu melalui kerja sama dengan negara-negara asing, sehingga dapat memajukan manufaktur penerbangannya sendiri," kata seorang analis penerbangan di sebuah perusahaan sekuritas Cina yang menolak disebut namanya kepada AFP.

Saat ini, COMAC sedang dan akan memproduksi empat pesawat komersial. Pertama, tipe ARJ21 (jenis kursi sempit single aisle 100 seater) untuk perjalanan regional. Tipe ini sedang dalam produksi dan operasional di seluruh Cina. Kedua, tipe C919 (pesawat single aisle 150-200 seater) yang dirancang menggantikan Airbus A320 atau Boeing 737.

Ketiga, tipe CR929 (250-300 seater) dan ditargetkan sebagai pengganti Boeing 787 atau Airbus A330neo. Proyek yang sedang dalam pengembangan ini, dibangun melalui kemitraan dengan Rusia, sehingga menggunakan nama CR. Keempat, tipe C939, yakni pesaing Boeing 777X atau Airbus A350 konseptual dengan kapasitas hingga 400 kursi. Proyek yang satu ini belum diumumkan kapan mulai dikerjakan.

Flora Libra Yanti