Semarang, Gatra.com - Pasangan suami-istri Agus Sutanto dan Heti membuat masker unik yakni tranparan pada bagian mulut. Keduanya adalah penyandang disabilitas tuna rungu. Masker buatanya sengaj dibuat transparan agar para penyandang tuna rungu masih dapat berkomunikasi melalui gerakan bahasa bibir.
Masker ramah bagi tuna rungu diproduksi di rumah Eksekutif Direktur Sejiwa Foundation Yuktiasih Proborini di Jalan Kanfer Raya Blok O-15 Banyumanik Semarang, Selasa (19/5).
Menurut Agus Sutanto, keterampilan menjahit diperoleh ketika menjadi siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) di Wonosobo jurusan tata busana.
Dari kemampuannya menjahit ini, Agus mengajak Sejiwa Foundation untuk membuat masker yang ramah bagi penyandang tuna rungu.
“Setiap pekan kami bisa menghasilkan sekitar 300 masker transparan ,” katanya.
Eksekutif Direktur Sejiwa Foundation, Yuktiasih Proborini, menyatakan masker transparan tersebut penting bagi penyandang tuna rungu.
Pembuatan masker transparan ini juga dimaksudkan untuk pelayan masyarakat seperti tenaga medis, pejabat pemerintahan, dan lainnya.
“Teman-teman penyandang tuna rungu biasanya melihat gerak bibir untuk berkomunikasi dengan orang lain sehingga berinovasi membuat masker transparan,” ujar dia.
Masker transapatan tersebut, lanjut Yuktiasih, akan diberikan gratis kepada para penyandang tuna rungu serta dijual bebas di masyarakat.
Sementara, Ketua Gerakan Kesejahteraan Untuk Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) Kota Semarang, Mahendra Teguh Priswanto menyatakan, penyandang tuna rungu ada sekitar 100 orang dengan usia 17 tahun hingga lebih dari 50 tahun.
“Kami peduli kepada tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam penanganan Covid-19 dengan mengucapkan terima kasih melalui simbol atau bahasa tubuh,” kata Teguh.