Kebumen, Gatra.com - Pandemi Covid-19 yang kini mewabah, membuat sebagian besar masyarakat mencari alternatif kesehatan untuk menjaga imunitas atau daya tahan tahan tubuh yakni dengan mengonsumsi minuman herbal atau jamu. Salah satu yang diburu adalah minuman berbahan dasar jahe dan kelor.
Pembuat jamu di Desa Kutosari, Kebumen, Rifa Sari Dewi mengaku kebanjiran pesanan. Kini, Rifa memproduksi berbagai macam jenis jamu dan sirup yang berbahan dasar alami dari tumbuh-tumbuhan.
Salah satu yang banyak diburu masyarakat adalah sirup jahe kelor dan sirup empon-empon yang dipercaya berkhasiat mengobati beberapa macam penyakit dan juga berkhasiat untuk menjaga daya tahan tubuh. Sirup jahe kelor dan sirup empon-empon tersebut dijual seharga Rp30 ribu per botol.
Selain motif ekonomi dia ingin agar masyarakat mengenal rempah-rempah sebagai bahan obat alami. Hal ini dimaksudkan karena jamu merupakan minuman tradisional asli Indonesia yang harus terus dilestarikan. “Jamu adalah minuman tradisional asli Indonesia, untuk itu kita ingin mengenalkan jamu dan berbagai manfaatnya kepada masyarakat secara luas,” katanya, dalam keterangan tertulis Humas Pemkab Kebumen, dikutip Senin malam (18/5).
Rifa sendiri mengaku mengenal jamu setelah beberapa tahun yang lalu sakit. Berbagai upaya medis tak membuahkan hasil, sampai akhirnya dia bisa pulih seperti sediakala setelah mengonsumsi jamu tradisional.
Peningkatan permintaan jamu atau obat herbal juga berimbas kepada meningkatnya permintaan bahan baku jamu. Suryati, pedagang bahan jamu atau mpon-mpon di Pasar Karna, Sidareja mengakui terjadi peningkatan permintaan yang lumayan signifikan.
Beberapa bahan pembuat jamu yang tinggi permintaannya di antaranya, jahe, kunyit, dan kencur. “Permintaannya tinggi. Tapi kadang-kadang dari petaninya yang tidak ada. Karena tidak setiap saat panen,” ucap Suryati.