Home Kebencanaan Kecelakaan di Sungai Siak, Kinerja Pengawas Dipertanyakan

Kecelakaan di Sungai Siak, Kinerja Pengawas Dipertanyakan

Pekanbaru, Gatra.com - Tenggelamnya Kapal Motor Putra Sejaterah di Sungai Siak, Kota Pekanbaru pada Jum'at (15/5), menimbulkan pertanyaan kinerja pengawasan keselamatan pelayaran di alur sungai tersebut. Kecelakaan kapal kayu itu menimbulkan kerugian ditaksir sekitar Rp4 miliar. 

Kapal pembawa sembako dengan berat mencapai 80 ton itu, tenggelam saat akan beranjak dari pelabuhan rakyat di Kecamatan Limapuluh, Pekanbaru, pada Jumat  sekitar pukul 05.30 WIB.

Hingga Senin ini (18/5) Kantor Kesyabandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas III, Kota Pekanbaru, belum memberikan keterangan resmi terkait musibah yang terjadi di area tersebut. 

Sungai Siak merupakan satu-satunya akses menuju Kota Pekanbaru melalui perairan. Sungai yang membentang lebih dari 300 kilometer ini bermuara ke Selat Malaka, dengan melintasi sejumlah kabupaten kota diantaranya Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak. 

Pentingnya peran Sungai Siak ini bagi mobilitas orang dan barang di Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak, membuat alur perairan ini sangat padat terutama bagi kapal-kapal pengangkut logistik. 

Hampir sepuluh tahun silam, tepatnya tahun 2012, jumlah kapal dalam negeri yang masuk ke perairan ini sebanyak 11.340 kapal. Sedangkan pelayaran luar negeri 927 kapal. Angka tersebut diyakini terus bertambah seiring menggeliatnya perekonomian di Riau selama satu dasawarsa terakhir. 

Hanya saja seiring berlalunya waktu, keselamatan arus pelayaran di Sungai Siak menuai kendala. Selain dihadapkan dengan mulai menyempitnya sungai akibat lalu lintas di sejumlah tempat, sungai ini juga mengalami pendangkalan lantaran endapan lumpur. Jika dulunya kedalaman sungai ini lebih dari 20 meter, kini kedalaman itu terus berkurang. 

Serangkaian perubahan di Sungai Siak itu, membuat kecelakaan yang menimpa kapal menjadi tak terhindarkan. Hal itu terbukti dengan tidak tercapainya zero accident di Sungai Siak selama beberapa tahun belakangan. Misalnya, pada tahun 2019 Kapal Motor Asean Jaya 7 tenggelam di Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak, pada tahun 2017 giliran Kapal Marcopolo 129 yang kandas di Tanjung Rhu Kota Pekanbaru. Sementara pada 2016 satu kapal tugboat Hikmah Risky karam di Sungai Siak. 

Sebelumnya dalam suatu kesempatan, Anggota DPRD Riau, Noviwaldi Jusman, menyebut upaya menciptakan keselamatan berlayar seharusnya dapat dimulai dari penataan pelabuhan yang ada.

"Yang harus dikontrol dengan seksama itu adalah pelabuhan yang diusahakan. Masalahnya, sekarang banyak muncul pelabuhan tikus, yang dicurigai sebagai tempat penyelundupan dan tempat masuknnya narkoba, yang seharusnya diberantas," katanya.
 

709

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR