Jakarta, Gatra.com - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanggulangan Covid-19, Achmad Yurianto, mengatakan, anteran panjang calon penumpang pesawat di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) Tangerang, Banten, merupakan bukti ketatnya pemeriksaan terkait protokol kesehatan pencegahan coronavirus disease 2019 (Covid)-19.
"Ini menjadi perhatian kita bersama bahwa protokol kesehatan adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar, adalah sesuatu yang harus dipatuhi secara bersama-sama, karena inilah yang bisa kita gunakan untuk kendalikan Covid-19 ini," ujar Yurianto dalam konferensi pers secara daring dari Graha BNPB, Jakarta, Minggu (17/5).
Yurianto menyampaikan, pihaknya langsung melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke Bandara Soetta pada siang tadi. Sidak dilakukan setelah beredar video viral soal lonjakan calon penumpang yang tidak menerapkan physical distancing.
"Memang terjadi kepadatan, terutama di penerbangan di sekitar jam [pukul] 6 dan 8 pagi," kata Yurianto.
Membludakya calon penumpang untuk penerbagan pagi, lanjut dia, akibat proses pemeriksaan administrasi yang memerlukan waktu cukup panjang. Kerena itu, calon penumpang harus tiba di bandara beberapa jam lebih awal.
"Di Bandara Soetta untuk penerbangan jam [pukul] 6 pagi, mereka [calon penumpang] sudah datang pada pukul 2 dinihari,"ungkapnya.
Pemeriksaan ketat untuk memastikan para penumpang bepergian ke tempat lain bukan untuk mudik Lebaran atau Idulfitri 1441 Hiriyah, serta kondisi tubuh mereka dalam kondisi sehat dan negatif Covid-19.
Pemeriksaan ketat dilakukan karena Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyampaikan bahwa virus corona jenis baru, yakni SARS CoV-2 ini diperkirakan tidak akan cepat menghilang dari muka bumi.
"Oleh karena itu, kita harus memiliki sikap, harus tetap memiliki cara pikir yang mengacu pada protokol kesehatan di dalam kehidupan kita di hari-hari mendatang," ujarnya.
"Inilah yang kemudian kita sebut hidup normal baru. Oleh karena itu, satu-satunya cara agar kita bisa produktif dan aman dari Covidi-19 ini adalah hidup berdampingan den?gan Covid-19," ujarnya.
Menurutnya, hidup berdampingan dengan Covid-19 bukan diartikan bahwa kita menyerah menghadapi virus ini, tetapi kita harus mengubah prilaku dan cara pandang. Prilaku tersebut yakni menerapkan perilaku hidup sehat.
"Beberapa hal yang sudah dituntut sudah kita lakukan, bahkan dengan baik, seperti kebiasaan mencuci tangan dengan sabun, mengunakan masker manakala berada di luar rumah. Kemudian tidak keluar rumah sebagai alternatif pertama, kalau memang tidak memungkinkan untuk dikerjakan dari rumah, baru kita pilih keluar rumah," katanya.
Kebiasan baik tersebut termasuk penerapan budaya antre harus tetap diterapkan bukan hanya saat pandemi Covid-19, tetapi juga selamanya karena ini juga sangat baik untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran berbagai penyakit menular lainnya.
"Ini harus kita laksanakan, jika tidak melaksanakan maka kita akan tidak bertahan, tidak bertahan terhadap permasalahan ini. Oleh karena itu, tidak waktunya lagi kita berusaha mengatakan bahwa tidak ?mungkin saya terserang virus, tidak bisa lagi seperti itu. Karena kita tahu virus ini bisa menyerang siapa saja, kelompok usia berapapun, pada latar belakang apapun," ujarnya.
Faktor pembahwa virus ini adalah mausia. Karena itu, pergerakan sebaran virus ini akan sangat tergantung dari sebaran aktivitas mausia itu sendiri. "Dari kegiatan-kegiatan sosial manusia itu sendiri, ini menjadi faktor? utama penyebaran penyakit ini," ujarnya.