Jakarta, Gatra.com – Putri Simorangkir dari Indonesia Against Covid-19 (IAC19) membangkitkan nilai gotong royong melalui urban farming di tengah pandemi coronavirus didease 2019 (Covid)-19 yang siapapun belum mengetahui kapan akan berakhir sebelum vaksinya ditemukan.
Putri dalam keterangan tertulis, Minggu (17/5), menyampaikan, berupaya memupuk nilai gotong royong melalui urban farming jauh sebelum virus SARS-CoV-2 ini merebak di Indonesia. Ia dan kelompoknya mengenalkan urban farming kepada masyarakat kampung Pesanggarahan, Jakarta Selatan.
Urban farming merupakan bercocok tanam di lingkungan rumah perkotaan dengan lahan terbatas. Saat ini, bercocok tanam ini diharapkan dapat memenuhi sebagain pangan keluarga, khususya di saat pandemi Covid-19.
Putri dan kelompoknya meggalakan urban faming untuk menggalakan atau memupuk nilai gotong royong di tengah masyarakat kota yang cenderung individualis. Upaya ini juga guna memenuhi pangan keluarga.
"Dengan cara bertanam kolektif ini, kami harapkan memiliki rasa peduli kepada orang lain, bisa bekerja sama bahkan juga memelihara toleransi. Tepatnya mengembalikan sifat gotong royong," ujarnya.
Putri sudah menduga bahwa virus corona jenis baru yakni SAR CoV-2 ini akhirnya masuk ke Indonesia. Ketika Covid-19 terdengar masuk Indonesia, ia bersama kelompoknya IAC19 mengajak warga untuk tangguh. Ketangguhan tersebut ingin ia tunjukkan dengan cara sederhana, yakni urban farming. Putri mengatakan bahwa Covid-19 ini mematikan.
"Kondisi penyebaran yang meluas sangat mengejukan siapa pun bahkan ketika wabah ini merembet dengan cepat ke seluruh dunia, itu sangat mengejutkan sekaligus menakutkan," ujarnya.
Penyebaran Covid-19 yang meluas memperlemah kondisi masyarakat. Ketangguhan masyarakat dalam bentuk ketahanan pangan diuji di krisis ini. Ia pun tergerak membagikan pengalamanan untuk bertanam sayur dan beternak ikan.
"Saya sebagai salah satu ketua grup relawan pernah memiliki pengalaman tentang bertanam sayur secara hidroponik yang pernah kami terapkan di suatu wilayah Jakarta Selatan di Gang Hijau Pesanggrahan," ungkapnya.
Langkah yang digagas untuk warga ini bertujuan untuk mendukung pemerintah. Saat bertemu dengan Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Wisnu Widjaja pada Jumat lalu (15/5), salah satu rekannya, Lourda, menyampaikan dukungan untuk mengenalkan secara luas urban farming. Salah satu harapan dari upaya urban farming, Putri menyampaikan, ini untuk mengantisipasi kesulitan pangan dan solusinya.
"Nah, kemudian teman-teman dari berbagai perkumpulan relawan bergabung oleh inisiatif ibu Lourda Hutagalung, bekerja sama dengan BNPB maupun Gugus Tugas. Semuanya berkonsolidasi dan berusaha melakukan apa yang bisa dilakukan untuk menolong saudara-saudara sebangsa, baik para medis maupun para korban serta mereka yang terdampak Covid-19,". ujarnya.
Putri menuturkan kisah bahwa kelompoknya yang didampingi seorang ahli pertanian mengenalkan berkebun di lahan terbatas kepada warga kampung Pesanggrahan.
"Tim ahli kami, Pak Bambang Riono, memberikan arahan dan kami lengkapi seluruh peralatan yang diperlukan bagi wilayah yang memang menunjukkan antusias. Oleh kerja keras serta semangat gotong royong, warga wilayah ini bersama-sama menjaga dan mengelola dalam bertanam sayur-sayuran secara hidroponik tersebut," tuturnya.
Panen pertama sukses. "Hasil mereka nikmati sendiri, siapa pun yang membutuhkan boleh mengambil secukupnya. Demikianlah mereka menikmati hasil panen setiap tiga minggu sekali," katanya.
Belakangan karena hasil panen semakin baik, mereka bisa mulai belajar menjual hingga saat ini. Putri dan relawan lain juga mengenalkan sistem baru yang lebih menjanjikan yaitu budidaya sayuran dan ikan sekaligus, dengan aquaponik.
Salah satu contoh kampung yang telah menerapkannya dan sukses, yaitu di RT 14/RW 1 Kampung Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Kampung yang semua gersang, menjadi hijau. "Setiap tempat yang bisa dimanfaatkan semuanya ditanami sayuran," ucapnya.
Di saat krisis akibat dampak Covid-19, pemerintah dan multipihak bagian dari pentaheliks telah berupaya untuk memutus rantai penyebaran dan menjaga stabilitas di berbagai sektor. Namun, ini belum lah cukup karena dampak pandemi yang sangat kompleks.
Masyarakat sendirilah dan nilai-nilai positifnya merupakan kapital terbesar di negeri ini, salah satu bentuknya melakukan aktivitas bermanfaat untuk keseimbangan fisik dan mental di tengah pandemi.