Jakarta, Gatra.com – Pandemi corona telah menghantam pertumbuhan ekonomi global tak terkecuali Indonesia. Bila krisis Covid-19 berlarut diprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami perlambatan tajam. Berbagai proyek investasi akan mengalami penundaan, operasional sektor industri dan jasa tidak optimal, sehingga memengaruhi tingkat pengangguran terbuka (TPT) dan angka kemiskinan nasional.
Pengamat Kebijakan Publik, Wibisono mengatakan akan sulit bagi Indonesia keluar dari jurang krisis melihat realisasi pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal I-2020 bergerak melambat ke 2,97%. Pemerintah, lanjut Wibi, masih memegang skenario terburuk pertumbuhan ekonomi nasional di kisaran minus 0,4% sampai 2,3% hingga akhir tahun 2020.
“Saya melihat pertumbuhan ekonomi 2020 kita antara minus 0,4 sampai 2,3% ,sehingga berdampak pada kemiskinan dan pengangguran, ini skenario yang tidak menyenangkan sama sekali, ini skenario yang menyedihkan,” ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Ahad (17/5).
Pembina Lembaga Pengawas Kinerja Aparatur Negara (LPKAN) itu menyebutkan berdasarkan basis riset SUTD, wabah corona di Indonesia diprediksi berakhir 7 Oktober 2020. SUTD merupakan universitas ternama di Singapura, yang berfokus pada kajian studi teknologi dan desain. Hasil riset tersebut diungkap di situs web ddi.sutd.edu.sg, dengan update terakhir pada 5 Mei 2020.
“Situs ini menyediakan pemantauan prediktif berkelanjutan Covid-19 sebagai pelengkap pemantauan tradisional atau praktik prediksi tradisional,” demikian keterangan yang tertera di bagian pengenalan.
Dalam perhitungannya, SUTD menggunakan model SIR (Susceptible-Infected-Recovered) yang dipadukan dengan data harian virus corona yang diperbarui dari berbagai negara. Prediksi akhir wabah virus corona juga dicantumkan bersama prediksi pergeseran tanggal atau deviasi.
Selanjutnya hasil riset SUTD menunjukkan prediksi wabah virus corona di dunia berakhir pada 20 Desember 2020. Sedangkan SUTD juga mencantumkan prediksi berakhirnya wabah Covid-19 di Indonesia, yakni pada 7 Oktober 2020 dengan deviasi 14,9 hari. Namun SUTD mengingatkan, prediksi tersebut dapat berubah sewaktu-waktu, prediksi belum tentu tepat karena ada faktor alam.
“Saya pribadi mencatatnya pertumbuhan ekonomi indonesia tidak 2,3%, di bawah 2,3%. Tapi masih positif, tapi bagaimana kalau pandemi ini [berlanjut] sampai bulan Oktober 2020?,” ujar Wibi. Dirinya menjelaskan merosotnya pertumbuhan ekonomi nasional dikarenakan masih ada dampak COVID-19 pada kuartal II-2020 atau selama periode April-Juni tahun ini.
Dampak tersebut masih bisa menekan beberapa program yang mendukung pemulihan ekonomi nasional, namun bila pandemi berlanjut sampai Oktober dan akhir 2020, skenario terburuk kemungkinan akan terjadi. “Siap-siap kita mengalami krisis yang lebih parah dari tahun 98 dan untuk memperbaikinya butuh waktu dua tahun sampai 2023,” pungkasnya.