Sibolga, Gatra.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sibolga, Sumatera Utara (Sumut), melakukan pemeriksaan kesehatan puluhan pedagang musiman dari luar daerah, seperti Medan, Bagan Batu, dan Padang di Kota Sibolga. Hasilnya, semuanya non reaktif berdasarkan hasil rapid test.
"Pemeriksaan kesehatan itu dilakukan di tiga titik, yakni di Jalan Suprapto, di Jalan Diponegoro dekat Rumah Sakit Umum (RSU) Metta Medika dan di dekat Tagor lampu merah. Para pedagang tidak menolak untuk di rapid test," kata Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Sibolga, Jumat (15/5).
Dikatakannya, karena kondisi kesehatan para pedagang baik dan non reaktif, maka mereka diperkenankan berjualan di Kota Sibolga sesuai arahan Gugus Tugas Covid-19 Kota Sibolga.
"Seandainya ada dari antara pedagang yang reaktif, maka kita dari Dinkes Sibolga akan langsung bergerak untuk melakukan karantina," ucap Firmansyah.
Wali Kota Sibolga, Syarfi Hutauruk, sebelumnya mendapat masukan dari masyarakat, agar melakukan rapid test kepada para pedagang musiman yang datang dari luar Kota Sibolga. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari terjadinya penularan Covid-19 di Kota Sibolga. Masukan itu langsung direspon Wali Kota dengan memerintahkan jajarannya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan para pedagang.
Syarfi sendiri tidak dapat melarang siapapun pedagang yang masuk berjualan di Kota Sibolga. Alasannya selain pemerintah tidak boleh melakukan monopoli dan karena tidak adanya aturan untuk itu. Terlebih pemerintah juga harus menjaga kestabilan harga serta ketersedian barang.
"Maka itu, semua pasar di Kota Sibolga kita buka. Ini perlu dimengerti masyarakat atau kelompok pedagang pasar. Dengan tersedianya banyak tempat berjualan maka masyarakat dapat terlayani dan bebas memilih dan menentukan," tuturnya.
Syarfi tidak memungkiri selama masa Pandemi Covid-19, Pemkot Sibolga telah memperketat pengawasan masuknya orang luar ke Kota Sibolga, termasuk para pedagang. Bilamana pedagang tidak mau diperiksa (kesehatannya), maka pedagang tersebut terpaksa diperintahkan kembali, biar jangan sampai membawa penyakit ke Kota Sibolga.
"Kalau soal kami tidak peduli kepada pedagang, kami sudah datangi pasar Sibolga dan bahkan memberikan perhatian berupa pemotongan sewa kios sebesar 50%. Kemudian menggrtiskan retribusi selama tiga bulan. Jadi kurang apalagi," pungkas Syarfi.