Semarang, Gatra.com - Jasa penukaran uang menjelang lebaran di Kota Semarang tak seramai tahun-tahun lalu. Terhitung di sepanjang Jalan Pahlawan hanya terlihat 5 orang penjaja jasa tersebut.
Padahal di tahun-tahun sebelumnya penjaja jasa penukaran uang menjamur hingga puluhan orang.
Abdillah, salah satu penjaja jasa penukaran uang mengungkapkan, pandemi corona membuat penghasilannya turun 50 persen.
"Sekarang jauh banget kalau dibandingkan sama dulu sebelum ada corona. Paling sehari laku dua juta kita dapat 10 persennya atau Rp200.000. Padahal kalau ramai biasanya sampai lima atau 7 juta sehari," ujarnya saat ditemui Gatra.com, Jumat (15/5).
Menurutnya, kondisi perekonomian yang sedang goyah diterpa pandemi corona juga menjadi penyebab berkurangnya pelaku jasa penukarang uang ini.
"Kan sekarang ekonomi lagi susah, ndak boleh mudik juga. Jadi banyak teman-teman saya yang dulu rutin menjual jasa jadi berhenti karena tau pasti sepi," ungkapnya.
Bahkan, Abdillah sendiri mulai menjajakan uangnya di dua minggu menjelang hari Lebaran tiba. Padahal, dit ahun sebelumnya ia biasa membuka jasa pada hari ketujuh Bulan Ramadhan.
"Iya sepi banget, baru buka kemarin karena saya tahu lah kondisi sekarang lagi seperti apa. Memang ada yang nukar tapi jarang," keluhnya.
Salah seorang pengguna jasa penukaran uang, Laksmi mengaku terpaksa menukarkan uangnya lewat jasa musiman ini lantaran Bank Indonesia tidak lagi menerima penukaran uang lebaran.
"Iya tadi ke Bank Indonesia tapi katanya nggak menerima penukaran uang lagi. Jadi terpaksa nuker disini, padahal kalau dipikir pikir mahal juga. Saya nuker uang Rp500.000 bayar feenya Rp50.000 sendiri," keluh Laksmi.