Home Internasional Cina Padukan Yuan Digital dan Blockchain

Cina Padukan Yuan Digital dan Blockchain

Cina melakukan uji coba mata uang digital yang dinamai e-RMB. Presiden Xi Jinping bertekad menggalakkan teknologi blockchain dalam sistem keuangan Cina.


Cina telah lama bertekad menjadi kekuatan ekonomi pertama yang meluncurkan mata uang digital. Alhasil, pada akhir April lalu, untuk pertama kalinya mereka melaksanakan uji coba yuan digital di empat kota besar. Yuan atau renminbi (RMB) digital itu bisa digunakan juga untuk membayar transportasi lokal yang disubsidi pemerintah.

Pernyataan resmi pemerintah Cina yang dimuat di Kantor Berita Xinhua menyebut sejumlah lokasi percobaan, yaitu Kota Shenzen, Suzhou, Chengdu, dan Area Baru Xiong"an. Keempatnya menjalani "uji coba internal yang tertutup". Jumlah total penduduk dari ketiga kota itu mencapai 38 juta, sedangkan Area Baru Xiong"an adalah distrik dan zona ekonomi yang sedang dikembangkan. Lokasinya tak jauh dari Ibu Kota Beijing.

Sina News melaporkan, mata uang digital ini akan digunakan sebagai subsidi transportasi di Suzhou. Di Xiong"an, uji coba ini fokus pada pembayaran ritel dan pembelian makanan. Tujuan proyek percontohan di seluruh lokasi, yakni mengoptimalkan dan memperbaiki fungsi yuan agar bisa digunakan dengan tujuan lebih luas.

Media milik pemerintah, China Daily, memberitakan pernyataan dari bank sentral Cina, People’s Bank of China (PBOC), yang menyebut e-RMB tidak akan diterbitkan dalam jumlah besar untuk penggunaan publik dalam waktu dekat ini. Selain itu, peredaran e-RMB dipastikan tidak akan mengarah pada lonjakan inflasi.

PBOC akan menjadi penerbit satu-satunya yuan digital itu, sambil menawarkan penggunaannya kepada bank-bank komersial dan operator lain. Seorang pejabat pemerintah mengatakan kepada China Daily bahwa publik akan bisa mengalihkan uang mereka di bank menjadi versi digital. Selain itu, masyarakat juga bisa melakukan penyetoran lewat dompet elektronik masing-masing. 

"Teknologi ini memungkinkan mata uang digital bisa ditukarkan, bahkan tanpa jaringan internet. Tentu saja hal ini juga bisa dimanfaatkan untuk melakukan pembayaran non-fisik," tutur Kepala Riset Institut Mata Uang Digital PBOC, Mu Changchun.

Pemerintah masih belum mengeluarkan jadwal resmi penggunaan yuan digital. Namun sejumlah media lokal menulis, rencana peluncuran dilakukan pada pertengahan 2021.

Media khusus aset digital, The Block, melaporkan bahwa dalam perkembangan terbarunya, e-RMB akan diterbitkan bagi para pegawai pemerintah di Suzhou pada Mei ini. Pegawai pemerintah kota di sana akan menerima setengah dari subsidi transportasi Mei dalam mata uang digital. Yuan digital tersebut akan dikeluarkan oleh empat bank milik negara, yakni Agricultural Bank of China, Industrial and Commercial Bank of China, Bank of China, dan China Construction Bank.

Sebagai tambahan, ada 19 ritel yang direncakan akan terlibat dalam uji coba e-RMB di Xiong’an, termasuk McDonald, Starbucks, dan Subway. Namun, pihak Starbucks menyangkal kabar itu. "Kami tidak berpartisipasi dalam uji coba mata uang digital di Cina," ucap Juru Bicara Starbucks kepada Cryptonews.com, Senin, 27 April lalu, tanpa mau menjelaskan lebih lanjut. Adapun McDonalds dan Subway menolak berkomentar.

***

Proyek yang dinamai Digital Currency Electronic Payment (DC/EP) itu, merupakan upaya Cina menerapkan yuan digital dan dimulai sejak 2014. Mata uang digital itu menjadi taktik untuk beralih dari penggunaan dolar Amerika Serikat. Tak heran, proyek ini jadi salah satu tujuan strategis kunci.

Diduga, Alipay yang merupakan afiliasi e-pay dari Alibaba dan Agricultural Bank of China, terlibat dalam proses tersebut. Dalam laporan terakhir, yang diketahui juga menambahkan blockchain dan anak perusahaan teknologi finansial (tekfin) Ant Financial, serta raksasa teknologi Tencent ke dalam daftar kerja sama itu.

Sesungguhnya, bank sentral di seluruh dunia sedang mempelajari kemungkinan dan potensi meluncurkan mata uang digital masing-masing negara, atau yang disebut dengan central bank digital currencies (CBDCs). 

Ketertarikan mengembangkan CBDC didorong oleh alasan menurunkan penggunaan uang tunai. Faktor lainnya, yakni rencana pengadaan Stablecoin milik swasta, seperti Libra yang diterbitkan oleh Facebook. Stablecoin sendiri merupakan mata uang kripto (cryptocurrency) yang memiliki karakter stabil, sehingga cocok diterapkan dalam penggunaan jangka pendek dan menengah. Stablecoin juga bisa dipatok ke mata uang kripto lainnya, uang kertas, bahkan sebagai komoditas yang diperdagangkan di bursa.

Otoritas Pengawas Pasar Keuangan Swiss (FINMA) mengonfirmasi pada awal bulan ini, bahwa mereka telah menerima aplikasi untuk lisensi sistem pembayaran dari asosiasi berbasis di Jenewa, yang mengatur cryptocurrency buatan Facebook.

Pada awal Mei, situs Global Government Forum melaporkan bahwa bank sentral Prancis dan Inggris sama-sama mengalami kemajuan cukup pesat untuk mewujudkan CBDC. The Banque de France membuka pendaftaran bagi pihak yang tertarik bereksperimen dengan CBDC untuk pembayaran interbank. Adapun Bank of England (BoE) telah menerbitkan laporan hasil analisis terkait risiko dan keuntungan CBDC.

Berdekatan dengan proyek uji coba mata uang digital itu, Cina meluncurkan Blockchain-based Service Network (BSN) untuk digunakan secara komersial di seluruh dunia. Proyek BSN ini dipimpin oleh lembaga riset State Information Center yang didukung pemerintah dan Industry Research Department. BSN merupakan infrastruktur global yang diklaim bisa membantu membuat proyek dan menjalankan aplikasi blockchain baru dengan biaya lebih rendah. Jaringan itu juga ditujukan untuk mendorong pengembangan kota pintar dan ekonomi digital. 

Badan Pemerintah itu menggandeng sejumlah perusahaan, termasuk China Mobile Group Design Institute, Research Institute of Electronic Payment (China Unionpay), China Mobile Financial Technology, Beijing Red Date Technology, dan China Mobile Group Zhejiang. Hitung-hitungan mereka, jika perusahaan ingin membuat blockchain sendiri, butuh dana sampai US$14.000 per tahun, termasuk biaya pengoperasian dan pemeliharaan. Namun jika bergabung dalam BSN, perusahaan cukup merogoh kocek US$300 per tahun. Para programmer dibolehkan membuat aplikasi yang terkait bisnisnya, lalu didistribusikan di BSN.

Flora Libra Yanti